Debat Cawapers: Benarkah Ma’ruf Amin lebih Unggul?
Rujukan klasik untuk melihat dampak perdebatan di televisi dan pengaruhnya terhadap preferensi pemilih adalah debat antara capres Richard Nixon melawan John F Kennedy. Pertemuan keduanya terjadi pada tanggal 26 September 1960. 59 tahun lalu.
Inilah untuk pertamakalinya publik di AS bisa mengikuti debat secara langsung di televisi. Biasanya mereka mengikuti debat melalui radio. Televisinya juga masih hitam putih, dengan teknologi yang sederhana.
Nixon adalah wapres incumbent saat itu berusia 47 tahun. Sementara Kennedy sang penantang berusia 4 tahun lebih muda.
Sebagai incumbent Nixon jelas jauh lebih matang dan berpengalaman. Mungkin karena beban pekerjaan membuatnya tampak lebih tua dan lelah. Dia juga digambarkan hadir dengan pakaian yang tidak pas. Badannya kelihatan kurus karena harus dirawat di rumah sakit selama dua pekan . Dia mengalami cidera lutut.
Sebaliknya Kennedy dikenal sebagai seorang senator flamboyan. Dia digilai banyak wanita. Penampilannya sangat percaya diri. Berpakaian serasi, tubuh bugar dengan kulit kecoklatan karena banyak berolahraga dan terbakar matahari. Plus senyum yang menawan.
Sejumlah jajak pendapat menyimpulkan, ketika 70 juta pemilih AS mendengarkan debat melalui radio, mereka mengunggulkan Nixon. Sebagai incumbent penguasaannya atas materi yang berkaitan dengan pemerintahan sangat mantap.
Situasinya menjadi berbalik ketika mereka menonton melalui televisi. Kennedy jauh lebih diunggulkan. Pemirsa tersihir dengan penampilan Kennedy. Penguasaan materi tapi disampaikan oleh wajah lelah Nixon mengakibatkan publik mengalihkan dukungan kepada Kennedy.
Kennedy memenangkan pilpres. Saat itu dia tercatat sebagai Presiden AS termuda sepanjang sejarah. Sihir kamera yang dikenal dengan istilah “ camera is a magic” bekerja dengan sempurna.
Pertemuan Ma’ruf dengan Sandi settingnya nyaris persis sama. Hanya bedanya itu merupakan perdebatan antar-capres.