NUIM HIDAYAT

Dengan Al-Qur’an, Kita Merdeka

Dengan bahasa yang menarik Al-Qur’an menyindir keras pemimpin model begini.

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran 79)

Itulah beda kepemimpinan Nabi dengan kepemimpinan Firaun, Kepemimpinan Nabi membawa manusia untuk mengabdi atau menyembah Allah semata. Pemimpin-pemimpin ala Firaun membawa manusia atau rakyatnya menyembah kepadanya.

Pemimpin model ini bisa haus darah seperti drakula. Makin banyak darah tercecer makin senang. Membunuh ribuan atau jutaan orang bagi mereka biasa. Ya begitulah kekuasaan, kadang harus membunuh jutaan musuh begitu doktrin pakar-pakar politik komunis. Puncak kekejian adalah pada Firaun, dimana saking takutnya ada orang yang akan mengganti dirinya, maka semua bayi laki-laki dibunuh.


أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’aam 122)

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

”Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah 257)

Al-Qur’an adalah cahaya. Dia menyinari manusia yang mau berpegang teguh dengannya. Dengan memegang Al-Qur’an, akal menjadi cerdas, jiwa menjadi tentram dan manusia berjalan sesuai fitrahnya. Fitrah kebutuhan rahmat Tuhannya, Allah SWT.

Lihatlah Al-Qur’an memerdekakan Rasulullah sehingga menjadi orang terhebat di muka bumi. Dunia mengakui bahwa Muhammad saw adalah orang yang paling berpengaruh di muka bumi sepanjang sejarah manusia. Dengan bersenjatakan Al-Qur’an, Rasul menjadi model puncak kehebatan manusia (insan kamil). Akal dan jiwanya sangat hebat, sehingga cita-citanya mengislamkan dunia, bukannya jazirah Arab saja. Akal dan jiwanya sangat kuat, sehingga tidak goyah ketika beberapa sahabatnya dibunuh dan beliau juga diancam untuk dibunuh.

Al-Qur’an memerdekakan para sahabat, sehingga mereka menjadi para pemimpin di bangsanya. Lihatlah Sayidina Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali yang menjadi orangg-orang hebat, yang hingga kini bisa diambil hikmah kehidupannya.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button