NUIM HIDAYAT

Dengan Al-Qur’an, Kita Merdeka

Hasan al Bana (1906-1949) adalah orang yang merdeka. Orang yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an, mewarnai masyarakat dan bangsanya dengan Al-Qur’an. Dan ia tidak takut kematian, karena pegangan kuatnya pada kalam Allah yang mulia ini. Tokoh hebat ini wafat dalam usia muda, tapi warisan ceramah dan organisasinya hingga kini dinikmati jutaan kaum Muslim. Ia wafat dibunuh pasukan kerajaan Mesir, yang khawatir pengaruhnya terus meluas di ‘negeri Firaun itu’.

Mirip dengan Hasan al Bana adalah adalah Sayid Qutb (1906-1966). Ia ulama, ahli tafsir, ahli politik, dan ahli sastra yang disegani masyarakat Mesir. Puluhan bukunya diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan dinikmati umat Islam di seluruh dunia hingga kini. Ia orang yang merdeka. Kematian bukan sesuatu yang menakutkan bagi dirinya. Ia dihukum gantung oleh kawannya sendiri, penguasa zalim Mesir, Gamal Abdul Nasser.

Di tanah air, kita punya model-model orang merdeka. Seperti: Wali Songo, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, Tjokroaminoto, Agus Salim, Mohammad Natsir, Mohammad Roem, Sjafruddin Prawiranegara, KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, Kartosuwiryo dan lain-lain. Mereka orang-orang merdeka, yang kuat memegang teguh Al-Qur’an dan menerapkannya dalam kehidupan.

Sekali lagi orang yang merdeka, adalah orang yang berpegang teguh Al-Qur’an dengan sekuat tenaga. Dan mereka yang menjadikan Rasulullah sebagai pemimpin terbaik di dunia. Bukan menjadikan pemimpin terbaik model Mao Ze Dong, Lenin, Gamal Abdul Nasser, Kemal Attaturk atau Soekarno. Wallaahu aliimun hakiim. Wallaahu aziizun hakiim. []

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

Back to top button