Derita Pekerja Migran dan Rumah Tangga
Bila diberi pilihan, kebanyakan wanita pasti ingin terus membersamai buah hatinya, mendampingi tumbuh kembangnya, tanpa diganggu beban kerja dan ekonomi. Apa daya, kondisi saat ini jauh dari nasib ideal tersebut.
Perempuan dalam sistem kapitalisme ibarat sapi perah yang terus dikuras energinya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Mirisnya, pemerintah hanya mengupayakan perbaikan perlindungan terhadap PMI dan PRT tanpa berusaha menyelesaikan akar persoalan yang sesungguhnya, yaitu kemisikinan.
Kini, status Indonesia yang katanya negeri “gemah ripah loh jinawi” atau negeri yang kondisi masyarakat dan wilayahnya subur makmur patut dipertanyakan. Tidak cukupkah aneka ragam kekayaan alam yang dimiliki Indonesia digunakan untuk menghidupi rakyatnya?
Nyatanya, permasalahan negeri ini bukan berasal dari kurangnya SDA. Permasalahan yang dialami adalah diterapkannya sistem yang membuat SDA itu habis terkuras oleh asing dan aseng. Lapangan pekerjaan yang seharusnya dibuka untuk proses pengolahan SDA justru diberikan kepada tenaga kerja asing. Alhasil, cuan terus mengalir kepada para kapitalis dan korporasi sedang rakyat terabaikan.
Dalam perspektif kapitalisme, sumber daya alam diperebutkan lewat free fight liberalism (kebebasan yang tidak terkendali, sehingga memungkinkan terjadinya eksploitasi masyarakat lemah), termasuk SDA yang seharusnya menjadi miliki publik. Tidak ada jaminan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, yaitu sandang, pangan, dan papan dalam sistem yang hanya mengedepankan kepentingan para pemiliki modal.
Sehingga jangan heran, bila beberapa saat lalu geger perihal puluhan ASN dalam suatu kementerian yang ternyata memiliki kekayaan ratusan miliar dan anak-anak mereka yang hobi flexing. Kemakmuran hanya dimiliki 1% kelompok yang menguasi hampir Sebagian besar sumber daya, sedangkan 99% kelompok sisanya harus berebut sisa-sisa sumber daya yang telah dirampas tadi.
Beginilah jadinya jika kehidupan diatur oleh aturan buatan manusia. Kehidupan akan dipenuhi kenistaan dan penderitaan bila manusia tetap sombong dan tidak mau mengikuti aturan Sang Maha Tau, Pemilik Alam, Allah Swt. Padahal, pencipta semesta ini telah menurunkan seperangkat aturan yang sempurna dan komprehensif untuk mengatur dan menyelesaikan tiap problem kehidupan.
Dalam Islam, rakyat akan dipenuhi kebutuhan pokoknya. Sumber Daya Alam yang merupakan kepemilikan umum akan dikelola oleh negara dan dikembalikan seutuhnya untuk pemenuhan kebutuhan rakyat. Lapangan kerja yang dibuka dari proses pengelolaan SDA juga akan menyerap banyak tenaga kerja, tentunya mereka akan diupah dengan gaji yang layak. Sehingga, tidak akan terjadi kemiskinan keluarga dan munculnya perempuan-perempuan yang terpaksa menjadi PRT atau Pekerja Migran.
Negara dengan sistem Islam juga akan menjamin kemanan tiap warganya. Individu-Individu dengan akidah dan keimanan yang kuat tak akan berbuat zalim terhadap sesama muslim. Bila didapati penganiayaan-yang mungkin kasusnya hanya sedikit- akan segera ditindak tegas oleh negara dengan sistem sanksi Islam yang bersifat jawabir dan jawazir. Wallahu’alam bisshawab.
Jihan Ainy, Aktivis Mahasiswa.