Di Bawah Trump, Sikap AS Soal Palestina-Israel Berubah

Jakarta (SI Online) – Duta Besar RI untuk untuk Yordania merangkap Palestina Ade Padmo Sarwono mengingatkan tentang perubahan sikap Amerika Serikat yang tidak lagi mendukung solusi dua negara dalam penyelesaian masalah Palestina-Israel.
Menurut Ade, perubahan sikap AS itu bisa berdampak serius pada upaya penyelesaian damai konflik di kawasan Timur Tengah.
“Ada yang menarik dari pernyataan Presiden Trump soal penyelesaian masalah Palestina-Israel, dimana tidak ada lagi solusi dua negara seperti yang diharapkan Indonesia dan masyarakat internasional,” kata Ade Padmo, dalam sebiah diskusi pada Rabu sore (12/02/2025) lalu.
Menurut dia, sejak AS dipimpin kembali Presiden Donald Trump untuk periode kedua, terjadi pergeseran kebijakan dan perubahan sikap yang ekstrem yang perlu mendapatkan perhatian serius masyarakat internasional.
“Trump menegaskan kembali proposalnya untuk merelokasi warga Gaza ke luar, terutama ke Yordania dan Mesir. Gaza akan dibangun proyek real estate atau properti untuk warga Timur Tengah, bukan untuk Palestina,” katanya.
Baca juga: Akademisi UI: Sikap Trump Soal Gaza Harus Disikapi Serius
Hal ini tentu saja akan mengulangi kembali terjadinya peristiwa Nakba tahun 1948, yakni pengusiran paksa dan pembersihan etnis Palestina, serta perampasan tanah air mereka.
“Pengusiran ini akan menjadi peristiwa Nakba kedua, karena itu proposal Trump ini sangat ditentang Dunia Arab dan Internasional, termasuk Yordania,” katanya.
Yordania sendiri hingga kini telah menampung pengungsi Palestina sekitar 2,5 juta dari peristiwa 1948, 1967 dan 1973. Sedangkan Lebanon menampung sekitar 500 ribu pengungsi dan Suriah sekitar 900 ribu pengungsi Palestina.
“Meski dianggap double standard, Yordania sekarang sangat keras mendukung kemerdekaan Palestina dan menolak relokasi warga Gaza,” ujarnya.
Ade Padmo menilai Raja Yordania Abdullah II menyadari konsekuensi atas sikapnya tersebut, yakni berakibat pada dihentikannya bantuan keuangan dari AS, selain Mesir dan Israel.
Hal ini sudah disampaikan Raja Abdullah II saat bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Selasa (11/2/2025). Dan, Trump mengancam menghentikan bantuan AS ke Yordania, apabila tidak mau menerima warga Gaza.
“Kita tidak tahu apakah yang disampaikan Trump ini sekadar bluffing atau benar? Susah kita menganalisa atau menilai Trump, sekarang bilang begini, tapi tiba-tiba bisa berubah,” tegasnya.