Di Gaza Kematian Tak Datang Sekaligus, Ia Datang Bertahap
Nasib keluarga Noufal menggema sebagai tragedi keluarga-keluarga Palestina yang perlahan-lahan dihapuskan oleh genosida.

Kehancuran keluarga Palestina
Menurut Kantor Media Pemerintah, hingga Maret tahun ini, 2.200 keluarga Palestina telah benar-benar terhapus dari daftar sipil, seluruh anggotanya terbunuh. Lebih dari 5.120 keluarga hanya menyisakan satu orang anggota.
Keluarga Palestina senantiasa berada di bawah ancaman kepunahan setiap kali gelombang pemboman datang.
Kerabat saya sendiri juga telah terhapus dari catatan sipil. Ayah saya, Ghassan, memiliki delapan sepupu – Mohammed, Omar, Ismail, Firas, Khaled, Abdullah, Ali, dan Marah – yang membentuk cabang besar keluarga besar kami. Setelah perang pecah, kami mulai kehilangan mereka satu per satu. Setiap kehilangan meninggalkan kekosongan baru, seolah kami terseret ke dalam pusaran duka yang berulang.
Kini hanya tersisa istri Omar dan Ismail serta dua anak mereka. Ayah saya menanggung rasa sakit besar ini dalam diam, menyimpan kesedihannya jauh di dalam hati.
Gelombang baru serangan Israel
Hari ini, kami menghadapi serangan Israel lainnya di Gaza utara. Tahun lalu, serangan besar Israel membunuh puluhan ribu orang. Mereka yang menolak pengusiran paksa ke Selatan, harus membayar harga mahal.
Banyak dari kami yang telah kehilangan orang-orang tercinta tidak ingin mengalami kengerian itu lagi. Tahun lalu, keluarga saya bertahan di utara, tetapi kini kami sudah lelah. Kami kehabisan tenaga akibat pemboman, kematian, dan teror yang kami alami. Kali ini kami akan pergi. Keluarga Janat, yang dengan bangga bertahan di rumah mereka di Jabalia meski sudah setengah hancur, juga akan meninggalkan tempat itu.
Kami telah mengalami kekejaman yang tak seorang manusia pun sanggup menanggungnya. Kami tidak sanggup menanggung kematian lagi. []
Sumber: AL JAZEERA