Di Lingkaran Calon Presiden
Juga ketika banyak sumber daya minerba dieksploitasi, tambang emas, batu bara, nikel, tembaga dan bauksit. Oligarki perusahaan aseng dan asing tetap saja yang memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Ironisnya, Indonesia terjebak semakin menumpuk hutang puluhan ribuan trilyun dan tak pernah mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat miskin. Malah, kemiskinan dan pengangguran itu semakin meningkat dan meluas.
Banyak proyek strategis nasional infrastruktur dibangun tetapi justru banyak perusahaan BUMN bangkrut. Terbaru enam BUMN lagi gulung tikar.
Dua proyek mercusuar IKN dan KCBJ menjadi beban berat baru APBN.
Di tengah situasi demikian, justru yang menjadi kebutuhan dasar rakyat berupa pengadaan sembako tata niaganya dikuasai para mafia dari struktur niaga kekuasaan oligarki. Harga semakin tinggi dan semakin tak terjangkau rakyat kecil. Cara pengadaannya itu mereka selalu menggunakan mekanisme impor atas inisiasi pemerintah.
Sementara di bidang pertanian dan perkebunan dengan kondisi kelangkaan pupuk membuat masyarakat petani kita hanya menjadi derivatif bagi peningkatan angka kemiskinan di desa-desa.
Dan memasuki transisi pergantian kepemimpinan nasional di Pilpres 2024, ironisnya merekalah pula yang menjadi kroni-kroni dan koloni-koloni politik tanpa rasa malu malah penuh dengan rasa percaya diri dalam masa kampanye mempropagandakan agenda program berkelanjutan.
Berkelanjutan yang sudah terang-terangan hanya semakin menyusahkan rakyat saja. Buat apa?
Semakin semrawutnya pengelolaan negara digerogoti maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme. Sementara, tatanan perikehidupan demokrasi dan hukum pun rusak. Hal-hal ilegal pun dibiarkan tumbuh subur: pinjol, judi on line, slot gaming.
Lantas, apa ada baiknya dari mereka tentang agenda program keberlanjutan mereka itu?
Dan orang-orang di lingkaran calon Presiden itu tak lain tak bukan hanya berpredikat status quo di lingkaran Jokowi saat ini.
Meskipun, sepertinya mereka bertetangga tengah sering cekcok hanya retak, bukan terbelah menjadi dua antara Prabowo-Gibran dengan Ganjar-Mahfud.