Di Malaysia, Mereka yang Tak Tahan dalam Oposisi Kini Jadi Oposisi
Anies Baswedan menjawab dengan tenang sebuah personal attack serangan pribadi pihak lawan dengan mengatakan;
Ada orang yang tak tahan dalam oposisi lalu meninggalkan perjuangan dengan mendapat imbalan jabatan Menteri demi menjaga bisnes peribadi. Padahal dulu ada yang mati dalam perjuangan ini lalu dilupakan begitu saja..
Di Malaysia, “Langkah Sheraton” atau apa yang disebut sebagai lompat katak tebuk atap adalah sebuah proses alam yang memisahkan mana padi mana sekam, mana intan mana kaca dan mana emas mana yang juga kuning warnanya tetapi busuk baunya.
Terdapat sebelas orang ahli Parlimen yang berasal dari Parti Keadilan Rakyat (PKR) pimpinan Anwar Ibrahim yang mengkhianati perjuangan lalu menyatu ke dalam blok lawan yang dikenal sebagai Langkah Sheraton di Malaysia.
Nasib mereka yang ikut dalam lompat katak tersebut sekarang cukup menyedihkan. Beberapa orang di antara mereka ada yang sebelumnya menjadi Menteri sekarang masa depan politik mereka menjadi suram.
Semua mereka kalah dalam pemilu ke-15 di Malaysia dan tidak menjadi ahli Parlimen lagi. Ada juga yang harus membayar seratus juta (sekitar 300 Miliar rupiah) karena mengkhianati janji dalam partai. Ada yang tidak berani menjadi caleg masuk dunia politik lagi.
Bagaikan euforia pasukan pemanah yang meninggalkan gunung dalam perang Uhud karena tak tahan dengan godaan harta ghanimah yang mengelabui mata dan nafsu.
Akhirnya apa yang mereka kejar bagaikan fatamorgana: yang dikejar tak dapat yang ditinggalkan pun melepas. Sikur capeh sikur capang satu lepas satu lagi terbang hidup merana bagaikan lebai malang pergi kenduri yang hulu tak sempat yang hilir pun tak dapat. Berlaparlah si lebai Malang orang tamak selalu rugi kata bijak pandai.
Hanya mereka yang mengikuti politik di Malaysia yang akan mengerti betapa resah dan gelisahnya oposisi di Malaysia sekarang bagaikan gila talak.
Hidup yang sebelumnya dihormati memiliki fasiliti kenderaan dan sopir peribadi lengkap beserta pengawal dan layanan yang hebat sekarang ada yang hidup bagaikan gelandangan politik.
Rumah yang dulu ditinggal pergi tak mau menerima pengkhianat lagi. Rumah isteri baru yang diharapkan dapat membawa bahagia juga dianggap orang asing adanya.
Di Indonesia juga mudah ditemui mereka yang lari dari medan perang perjuangan seperti ini. Dulu mereka sangat kritis, sekarang bagaikan lembu yang ditusuk hidungnya.
Dulu ada yang melabrak meja marah dengan asing aseng dan oligarki sekarang menjadi antek-anteknya.