Dibatasi, 100 Ribu Lebih Jemaah Ikuti Shalat Idulfitri di Masjid Al-Aqsha
Yerusalem (SI Online) – Saat fajar menyingsing di kompleks Masjid Al-Aqsha, ribuan orang telah berdatangan. Mereka bersiap untuk melaksanakan shalat Idulfitri.
Ada pembatasan ketat terhadap warga Palestina untuk memasuki kompleks Al-Aqsha. Hanya pria berusia di atas 60 tahun yang diperbolehkan masuk dan wanita berusia di atas 50 tahun diperbolehkan masuk.
“Warga negara Palestina di Israel, orang-orang yang tinggal di Yerusalem Timur yang diduduki, diizinkan masuk tetapi banyak pemuda dilecehkan oleh polisi Israel,” demikian laporan Al Jazeera. Namun, doa masih dimulai dan ada ribuan orang berdatangan.
“Kami memperkirakan jumlah jamaahnya akan mencapai 100 ribu orang, namun kami belum akan mengetahuinya sampai salat Jumat benar-benar selesai,” demikian laporan Al Jazeera.
Al Jazeera juga melaporkan, banyak orang melihat situasi di Gaza dan hal ini mempengaruhi cara mereka merayakannya. Mereka tidak merayakan Idul Fitri dengan cara yang menyenangkan seperti biasanya.
Selain itu, belum ada gencatan senjata. Seharusnya ada gencatan senjata di bulan Ramadan, gencatan senjata di bulan suci. Itu belum terjadi. Bulan suci kini telah berakhir.
“Mungkin ada banyak orang yang datang ke sini hari ini, tapi suasananya sangat tenang,” demikian laporan Al Jazeera.
Sementara itu, seperti dilansir Free Malaysia Today, Komite Tinggi Kepresidenan Urusan Gereja di Palestina menyatakan Idulfitri telah menjelma menjadi kesedihan dan penderitaan di Palestina, khususnya di Jalur Gaza, akibat pendudukan Israel.
“Pendudukan Israel telah mengubah perayaan Idul Fitri di Palestina, khususnya di Jalur Gaza, menjadi masa yang ditandai dengan kesedihan dan penderitaan,” demikian laporan Anadolu Agency, demikian pernyataan Komite Tinggi Kepresidenan Urusan Gereja di Palestina.
Laporan ini menyoroti bahwa kegembiraan, kebahagiaan, dan ketenangan yang terkait dengan Idul Fitri telah dirampas dari warga Palestina karena pendudukan Israel, menjadikan hidup mereka seperti neraka.
“Sepanjang kampanye teror yang berkepanjangan di Palestina, pendudukan Israel dengan sengaja menindas dan mengganggu hari raya keagamaan umat Islam dan Kristen,” kata mereka.
Laporan tersebut mencatat bahwa pendudukan “telah menolak akses jamaah Muslim ke Masjid Al-Aqsa untuk berdoa dan mencegah umat Kristen Palestina mencapai Yerusalem untuk merayakan Paskah.”. []