Dijegal KIM Plus, Jalan Anies Semakin Lapang?
Membuka peta jalan politik menuju DKJ 1, bagi Anies semakin lapang sekarang.
Sekalipun dalam ruang sempit memburu waktu hingga tiba 27-29 Agustus ke pendaftaran, menempuhnya the Anies driving sungguh bakal berjalan dengan sangat excellent dan elegant.
Ternyata, untuk Anies melangkahi the red carpets sudah tersedia pelbagai jenis kendaraan yang seluruh mesinnya tersistem, termekanis dan ter-up grading secara terpadu dalam koridor ranah norma hukum demokratis keterniscayaan:
Demi pembaharuan, perubahan dan proses dinamisasi berkesenyawaan simbiosis mutual dalam praktis tanpa menafikan keotonomian Pilkada DKJ itu sendiri:
Sebagai wujud perlawanan terhadap adanya gejala dan sinyal pertanda kecenderungan segala bentuk arogansi, kooptasi dan hegemoni kekuasaan yang sebelumnya memang tidak pernah ada di DKJ.
Yang tampaknya sengaja mau mencampurtangani ketika kuku-kuku otoritarianisme mencengkeram, merangsek dan meringsek yang akan merusak tatanan demokrasi.
Berasal semenjak dari kelahiran kekuatan politik dinasti keluarga Jokowi dan oligarki partai serta korporasi konglomerasi yang berkonspirasi.
Antrian kendaraan luxury nan nyaman bagi Anies itu, adalah istiqomah berasal dari koalisi partai perubahan di pemilu nasional lalu. Di Pilkada DKJ, PKB yang pertama berinisiasi memelopori pencalonan; PKS partai pemenang suara terbanyak di Jakarta notabene otomatis mencalonkan meskipun ada prasyarat wacagub dari kader mereka; Nasdem malah praktis tak menafikan siapa pun cawagubnya takkan menjadi soal.
Debut “The Three Musketeers Party” yang mengusung thema idiologi Orde Perubahan di pemilu nasional lalu —nyaris memenangkan Anies Presiden jika tak dicurangi dengan segala daya upaya rezim penguasa zalim— takkan mungkin mudah retak dan berubah hanya karena persoalan kecil menentukan profil personalia cawagubnya.
Dipastikan setelah tanggal 20 Agustus mereka bertemu berkonsolidasi dengan spirit bermunajat kepada Tuhan yang Maha Kuas dan berkesatuan membangun semangat a nation state buulding sudah pasti akan dimudahkan dan dilancarkan mencari jalan tengah solusinya—sekali lagi karena faktor dan efek Anies sendiri sebagai seorang demokrat dan meritokrat tulen mempersatukannya.
Terlebih, apalagi Anies itu bagi ketiganya, adalah asset futuristik yang melekat bersama Anies sebagai spirit the warrior fighter berjuang dan memperjuangkan untuk mengakselerasi energi mensinergikan antara integrasi dan integritas kinerja dan daya gerak lebih besar meraih kepemimpinan nasional di Pemilu 2029-2034 nanti.
Namun, jika pun kemudian terjadi benar-benar dead clock gegara personalia cawagub yang sementara ini memang masih menjadi kendala hanya di PKS, ada koalisi partai cadangan pengamanannya yang sudah paling settlement dan memenuhi kuota 22 kursi , terdiri dari: PKB, Nasdem dan Perindo dengan cawagub dari PKB.
Atau bersepakat separalel dengan PKS, Nasdem dan Perindo dengan mengusung Anies Rasyid Baswedan dan Shohibul Iman.