RESONANSI

Dikotomi Sipil-Militer Bukan Ajaran Islam

Apabila perintah ketaatan ini bertentangan dengan syariat Allah, maka tidak ada kewajiban bagi rakyat untuk taat kepada mereka. Sabda Nabi saw.

لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

“La tha’ata li makhluuqin fi ma’shiyatil Khaliq” (HR. Tirmidzi No.1707)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata yang memimpin langsung pasukan pada setiap peperangan yang terjadi.

Rasulullah adalah imam tentara, beliau juga imam dalam shalat, dan imam dalam kehidupan rumah tangganya.

Para Sahabat adalah prajurit-prajurit setia dan ksatria. Di musim damai mereka adalah anggota masyarakat yang selalu taat dan patuh menjalankan kewajiban agamanya dalam berbagai sektor kehidupan sesuai profesi masing-masing.

Mereka juga adalah jundullah tentara Allah, dan anggota militer non reguler, sekaligus sebagai warga negara terbaik yang selalu siap siaga memenuhi panggilan jihad fi sabilillah.

Dikotomi sipil-militer sangat berbahaya bagi kehidupan bangsa dan tanah air. Oleh pihak yang tidak suka umat Islam bersatu padu bersama anak negeri lainnya membangun negeri ini, maka akan selalu ada upaya pembenturan antara sipil dan militer, ketika sipil dianggap tidak sejalan dengan doktrin bela negara. Maka dengan berbagai macam alasan dan dalih, setiap bentuk aktivitas dan gerakan sipil yang dianggap sebagai ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa akan dengan mudah dilibas.Wallahu a’lam bish-shawaab. []

Pesantren Al-Qur’an Wal Hadits, Maqdis Bogor, 25 Ramadhan 1446 H

KH Muhammad Abbas Aula, Lc.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button