Dinar Dirham Itu Kebal Inflasi, Kok Dikriminalisasi?
Sosok Zaim Saidi bahkan sempat diulas dalam tesis mahasiswa di Univeristas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Erwin Bachtiar. Profil dan pemikirannya soal konsep ekonomi syariah menjadi satu di antara pijakan dalam tulisan yang terbit pada 2017 lalu.
Selain itu, melakukan studi pada kurun waktu 2005-2006 lewat pendalaman ilmu muamalat dan tasawuf. Zaim berguru langsung pada Syekh Umar Ibrahim Vadillo dan Syekh Dr Abdul Qadir sembari melakukan penelitian di Dallas College, Cape Town, Afrika Selatan. Walhasil, ditulislah laporan belajarnya dalam buku berjudul “Ilusi Demokrasi: Kritik dan Otokritik Islam.”
Merujuk pada pemberlakuan dinar dan dirham, serta berlangsungnya transaksi jual beli dengan alat tukar tersebut di Pasar Muamalah, Depok, tak lain adalah panggilan nurani seorang Muslim. Kerinduan tak terbendung kepada penerapan ekonomi Islam. Betapa tidak?sekian tahun dihadirkan sistem ekonomi kapitalis, umat terlampau penat bernasib tragis. Dengan inflasi yang membumbung, riba pun menggurita. Belum lagi dolar yang terus meraja, sementara mata uang rupiah kian hari kian melemah. Bahkan diperparah adanya wabah pandemi dengan penanganan yang inkonsistensi sehingga membuat kian nelangsa ekonomi negeri ini.
Pemberlakuan keping dinar yang berbahan emas dan dirham yang berbahan perak, sebenarnya telah ada sejak zaman Romawi juga Persia. Dulu ketika suku Quraisy berdagang ke Tanah Syam maka mereka pulang membawa dinar. Ketika mereka berniaga ke Persia maka mereka kembali ke Makkah dengan mengantongi dirham.
Pada faktanya, dinar dirham itu bukan sekadar dipandang komoditas seperti yang ada di negeri ini. Yang hanya dibolehkan untuk simpanan atau investasi saja. Sementara uang kertas yang hanya dijamin UU tanpa jaminan dijadikan alat tukar satu-satunya.
Dinar dan dirham pada dasarnya dikenal sebagai alat perdagangan resmi yang paling stabil dan sesuai syariah sejak berabad-abad lamanya. Selain itu dapat juga digunakan untuk pembayaran zakat, alat investasi atau simpanan, dan mahar.
Dinar dan dirham juga merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal dunia. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai dari mata uang Islam yang didasari oleh mata uang bimetal ini secara mengejutkan sangat stabil jika dihubungkan dengan bahan makanan pokok. Nilai inflasi mata uang ini selama 14 abad lamanya adalah nol. Adanya kebal inflasi, tapi heran kok malah dikriminalisasi?
Namun pemanfaatan dinar dan dirham sebagai mata uang mulai ditinggalkan. Tepatnya, saat kepemimpinan Islam ditumbangkan di Turki Utsmani. Bagian dari aset Islam satu persatu dikebiri. Padahal, sejarah Islam telah membuktikan bahwa mata uang emas dan perak itu dapat menghindarkan masyarakat dari bencana ekonomi, seperti inflasi dan deflasi.
Jadi keberadaan dinar dirham memang tidak bisa dilepaskan juga dengan keberadaan sistem Islam. Karena kedua mata uang ini adalah bagian dari peradaban Islam.