Direktur ASAR Humanity: Doa Nenek di Lombok Diijabah Allah SWT
Dicky Irawan (43 tahun), Direktur ASAR Humanity, adalah anak Jakarta Selatan asli. Ia lahir di RS Muhammadiyah Gandaria, tumbuh hingga menjadi remaja di kawasan Blok A, Radio Dalam, Jakarta Selatan.
“Kalau sekarang ngantor di sini, ya saya seperti pulang kampung saja. Ini dulu tempat main saya,” ungkap Dicky saat berbincang di kantornya yang baru, Menara ASAR, Jl. Yado I, Gandaria, Jakarta Selatan. Dicky bersama keluarganya kini tinggal di Parung, Bogor.
Meski anak Jaksel, tapi sepanjang wawancara satu jam lebih, tidak keluar ciri-ciri anak Jakselnya. Tidak ada sisipan kata “literally”, “Which is”, atau bahkan “arround fifty thousand gitu deh” untuk menyebut lima puluh ribu.
Terkait pendidikan, Dicky menamatkan sekolah menengah atasnya di SMA Triguna Ciputat. Sebelumnya ia menamatkan jenjang menengah pertama di SMPN 19 Jakarta.
Pengalamannya sebagai relawan ia mulai sejak sekitar 2001 silam. Saat itu ia suka sekali menyalurkan bantuan untuk orang-orang yang membutuhkan. Relawan mandiri, belum di bawah bendera lembaga kemanusiaan manapun. Kegiatan itu dilakukan Dicky sepulang bekerja di sebuah pabrik di Tangerang. Ia mengaku seperti kehilangan rasa capai.
“Setiap orang nunjuk saya jadi panitia apapun, saya selalu siap. Nggak pernah saya menolak. Disuruh ngajar TPA siap, saya iyain semua rugi kalaa saya menolak hal-hal seperti itu,” akunya.
Aktivitas itu dia lakukan secara istiqamah. Hingga pada 2011 ia bekerja di PT Prima Duta Nusantara, sebuah perusahaan pengadaan alat peraga sekolah. Di perusahaan baru ini, Dicky awalnya masuk sebagai karyawan bagian gudang. Perlahan tapi pasti, saat grup usaha itu mendirikan ASAR Travel ia diamanahi menjadi Direktur Marketing. Sekarang ia menjadi komisaris di perusahaan tersebut.
Walaupun jabatan di perusahaan makin meningkat, beban kerja makin berat, namun aktivitas kerelawanan Dicky tidak surut. Ia bahkan menjadi relawan sebuah lembaga kemanusiaan di Tangerang, dan pada akhirnya ditarik untuk memimpin relawan di kantor pusat lembaga tersebut.
“Tidak ada pekerjaan yang diberikan di lembaga itu yang saya tolak. Semua saya kerjakan sepulang kerja kantor dan juga Sabtu-Ahad,” kata dia.
Dicky mengaku memiliki banyak pengalaman saat menjalankan tugas sebagai relawan kemanusiaan. Setiap terjadi bencana di tanah air, ia mengaku tidak pernah absen untuk ikut terjun ke lapangan. “Tapi yang paling mengharukan itu di Lombok,” kata dia.