INTERNASIONAL

Direktur RS Al Shifa Dibebaskan dari Penjara Israel, Ini Empat Kesaksiannya

Kedua: Israel Perlu Ditekan untuk Bebaskan Para Tahanan Palestina

Dia menekankan perlunya tindakan tegas yang mendesak untuk membebaskan semua tahanan dari penjara Israel.

“Pendudukan Israel menangkap semua orang, dan staf medis telah meninggal di penjara Israel karena penyiksaan dan kurangnya perawatan medis,” papar dr Abu Salmiya.

“Musuh telah menunjukkan kekejamannya dalam berurusan dengan tahanan dan tenaga medis. Ratusan staf medis telah menjadi sasaran dan disiksa di penjara pendudukan,” ujar dia.

Ketiga: Penjara Israel Lebih Kejam daripada Abu Ghraib dan Guantanamo

Penjara dan pusat penahanan Israel secara kolektif menahan 21.000 warga Palestina. Para tahanan ini telah menjadi sasaran berbagai metode penyiksaan brutal, dengan salah satu fasilitas penahanan dicap lebih buruk dari Abu Ghraib atau pun Guantanamo.

“Para tahanan di penjara Israel mengalami berbagai jenis penyiksaan. Tentara Israel memperlakukan para tahanan seolah-olah mereka adalah benda mati, dan dokter Israel menyerang kami secara fisik,” kata dia.

Keempat: Tak Ada Pengawasan Internasional, Pengacara atau Kunjungan Keluarga

“Tidak ada organisasi internasional yang diizinkan mengunjungi narapidana, mereka juga tidak diizinkan menemui pengacara, sementara para tahanan Palestina menjadi sasaran penyiksaan berat dan penyerangan hampir setiap hari di dalam penjara dan tidak diberikan perawatan medis,” kata dia.

Salah satu tempat di mana Dr Salmiya ditahan adalah fasilitas penahanan Sde Teiman yang terkenal, pusat penjara militer yang dibuat untuk menahan warga Palestina yang diculik dari Gaza tanpa tuduhan apa pun.

Menurut Pengacara Palestina, Khaled Mahajneh, yang baru-baru ini memberikan laporan langsung tentang kondisi yang dihadapi di kamp penahanan setelah diizinkan untuk dikunjungi, “Perlakuan yang diberikan lebih mengerikan daripada apa pun yang pernah kita dengar tentang Abu Ghraib dan Guantanamo.”

Mahajneh mengatakan sekitar 4.000 tahanan dari Gaza, yang mulai menyebut Sde Teiman sebagai “kamp kematian” setelah 35 tahanan meninggal dalam “kondisi yang tidak diketahui”, ditutup matanya dan dibelenggu terus-menerus, dipaksa tidur membungkuk di lantai.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button