Dokumen Bocor, Amerika Berperan dalam Genosida di Gaza

Gaza (SI Online) – Di tengah gencarnya kecaman dunia terhadap pembantaian yang berlangsung di Jalur Gaza, sebuah laporan eksklusif dari surat kabar berbahasa Ibrani Haaretz mengungkap bahwa Amerika Serikat tidak hanya berperan sebagai mediator konflik, tetapi juga secara aktif mendanai dan memperkuat mesin perang Israel, yang telah menewaskan lebih dari 194.000 warga Palestina.
Berdasarkan dokumen-dokumen resmi yang dibocorkan dari Korps Zeni Angkatan Darat AS, terungkap bahwa Washington telah menggelontorkan ratusan juta dolar untuk memperluas infrastruktur militer Israel, termasuk pembangunan markas dan fasilitas canggih bagi Angkatan Udara dan Angkatan Laut Israel—di saat yang sama, warga sipil Palestina hidup dalam reruntuhan, kelaparan, dan ketakutan.
“Amerika Serikat sedang membangun infrastruktur untuk menampung pesawat pengisian bahan bakar dan helikopter baru Israel, serta markas baru untuk unit komando Angkatan Laut Israel,” tulis Haaretz, mengutip isi dokumen.
Dukungan Militer yang Melampaui $1 Miliar
Dokumen tersebut juga menunjukkan bahwa program bantuan militer AS saat ini mencakup proyek senilai lebih dari $250 juta, dan nilai total proyek yang direncanakan diperkirakan melampaui $1 miliar. Rincian proyek ini mencakup:
- Pembangunan 20 lokasi militer baru di Israel dengan total anggaran mencapai $1,5 miliar,
- Renovasi landasan pacu,
- Pengembangan fasilitas pengecatan pesawat tempur,
- Dan tender perencanaan dan konstruksi lainnya senilai puluhan hingga ratusan juta dolar.
Padahal, berdasarkan nota kesepahaman yang ditandatangani di era Presiden Barack Obama, Israel sudah menerima bantuan tetap sebesar $3,8 miliar per tahun dari Washington hingga tahun 2028. Namun angka ini terus membengkak seiring eskalasi kekerasan terhadap Gaza.
Paradoks Amerika: “Mediator Damai” Sekaligus Sponsor Perang
Penemuan ini mencerminkan standar ganda terang-terangan dari Amerika Serikat, yang satu sisi mengklaim ingin mengakhiri perang dan mendorong gencatan senjata, namun di sisi lain memberikan suplai senjata dan dana besar-besaran kepada pihak pelaku genosida.
“Selama genosida di Gaza berlangsung, Amerika justru meningkatkan bantuannya dengan tambahan senjata senilai $18 miliar pada September 2024, disusul dengan paket khusus senilai $26 miliar pada Januari lalu, termasuk $4 miliar untuk sistem rudal Israel,” ungkap laporan tersebut.
Bahkan, tender proyek militer terbaru senilai $900 juta akan mulai digelar bulan Juli ini, menunjukkan komitmen berkelanjutan Washington dalam mendanai perang Israel, alih-alih menghentikannya.
Kenyataan di Gaza: Darah, Kelaparan, dan Penghancuran
Sejak 7 Oktober 2023, dengan dukungan langsung Amerika, Israel telah melancarkan perang genosida yang brutal di Jalur Gaza, yang mencakup:
- Pembunuhan massal terhadap anak-anak, perempuan, dan warga sipil,
- Penggunaan kelaparan sebagai senjata perang,
- Penghancuran infrastruktur sipil dan tempat ibadah,
- Dan pengusiran paksa terhadap lebih dari dua juta warga Palestina.
Hingga kini, tercatat lebih dari 194.000 warga Palestina menjadi korban tewas atau luka, dan lebih dari 11.000 orang masih dinyatakan hilang. Ratusan ribu orang mengungsi tanpa tempat berlindung, sementara puluhan anak-anak tewas karena kekurangan pangan dan medis.
Tanggung Jawab Internasional: Diam Adalah Keterlibatan
Di tengah tekanan dari organisasi hak asasi manusia dan Mahkamah Internasional, Amerika terus mengabaikan seruan untuk menghentikan agresi, bahkan melanggengkan penderitaan warga Gaza melalui aliran dana militer yang terus mengalir.
“Bantuan Amerika yang dijustifikasi sebagai keamanan regional, nyatanya berubah menjadi bahan bakar kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujar seorang aktivis kemanusiaan internasional di Rafah.
Penutup: Gaza Membutuhkan Gencatan Senjata, Bukan Bom Tambahan
Di saat dunia menuntut gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan, Amerika justru mempersenjatai penindasan. Keheningan terhadap skandal ini sama saja dengan keterlibatan.
Dunia harus memilih: berpihak kepada kemanusiaan atau menjadi bagian dari kejahatan sejarah.
sumber: infopalestina