Dua Syarat Diterimanya Amal Ibadah

Contoh riya’ seperti orang yang bersedekah diperlihatkan orang lain dengan tujuan agar mendapat pujian. Dan inilah salah satu bentuk amal shalih yang tidak ikhlas.
Beramal dengan ‘sum’ah’ juga tanda tak ikhlas karena Allah Ta’ala. Sum’ah itu bahasa arab dari kata ‘sami’a’ artinya mendengar. Jadi kalau kita beramal ibadah diperdengarkan-dengarkan orang lain dengan niat agar mendapat pujian apresiasi atau karena yang lain berarti amalnya tidak ikhlas karena Allah.
Contoh sum’ah seperti orang baca Al-Qur’an dengan suara keras agar didengar orang lain dengan tujuan mendapat pujian.
Kalau kita beramal mengharap pahala surga dari Allah dan terhindar dasi siksa neraka atau berharap murah rezeki dari Allah apakah dikatakan ikhlas karena Allah ? Masih! Karena masih lillah. Karena Allah SWT.
Tapi tingkatan ikhlas yang paling tinggi adalah ikhlas yang hanya ‘libtighai mardhatillah’ semata-mata mengharap ridha Allah Ta’ala.
Ikhlas dalam beramal itu diperintahkan langsung dari Allah Ta’ala dan RasulNya saw, sebagaimana juga ditegaskan dalam firman Allah swt,
قُلْ اِنِّيْٓ اُمِرْتُ اَنْ اَعْبُدَ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ ١١
_”Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar : 11)
Orang yang ikhlas itu menghendaki pahala akhirat, bukan balasan dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” [QS. Asy-Syûra/42: 20]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ
“Barangsiapa di antara mereka (umat ini) beramal dengan amalan akhirat untuk dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian di akhirat.” (HR. Ahmad).
Sesuai Sunnah Rasulullah Saw
Ini syarat kedua diterimanya amal ibadah harus mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Hal ini dipertegas dalam firman Allah SWT:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dia larang kepadamu, maka tinggalkanlah.” [Al-Hasyr: 7]