Dukung Gerakan Boikot Produk Terafiliasi Israel, tapi Jangan Salah Sasaran

“Framing itu bisa terlihat dari judul dan isi dari berita tersebut yang relatif sama semua,” kata salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini.
“Misalnya, dia punya produk dan produk itu bersaing dengan produk lain, dan kemudian sengaja menuding mereka sebagai pendukung Israel. Di sini kelompok-kelompok tersebut sengaja menggunakan isu Palestina itu untuk menghantam produk-produk saingannya itu karena ada kesempatan untuk itu,” tambahnya.
Sebelumnya, MUI menyerukan masyarakat untuk terus melanjutkan aksi boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi Israel. Kendati, ajakan itu tidak disertai dengan konfirmasi produk mana saja yang harus diboikot guna memberikan kejelasan kepada masyarakat.
Masyarakat saat ini hanya melakukan boikot berdasarkan daftar liar, dimana salah satunya disebarkan oleh yayasan terselubung bernuansa agama. Cendekiawan Muslim Indonesia dari Melbourne University Australia, Prof. Nadirsyah Hosen menilai bahwa daftar yang berasal dari sumber non-pemerintah tanpa alasan jelas yang berpotensi menjadi “bola liar” sehingga merugikan masyarakat dan perekonomian nasional.
“Prinsipnya, kita mendukung boikot sebagai respons terhadap kejahatan kemanusiaan, tetapi jangan sampai salah sasaran,” tegasnya.
Profesor hukum islam yang menitikberatkan pada kontekstualisasi hukum fiqih ini mengajak publik untuk merujuk pada daftar yang telah dikeluarkan PBB. Dia mengatakan, hal ini karena lembaga internasional itu telah mengonfirmasi dan berkirim surat dengan perusahaan yang ada dalam sejumlah daftar boikot.
Pegiat Ekonomi Keumatan, Andi YH Djuwaeli berpendapat bahwa masyarakat lebih baik berlomba melakukan ibadah dan kebaikan selama Ramadhan. Menurutnya, penyebaran informasi hoaks hanya akan menambah kekisruhan kondisi di dalam negeri saat ini. “Lebih bagus kita aksi nyata saja kan lebih bermanfaat bagi seluruh masyarakat,” kata dia. []