Dukung Kemerdekaan Palestina adalah Panggilan Iman dan Kemanusiaan

Palestina tidak hanya sebuah wilayah geografis di Timur Tengah. Ia adalah saksi sejarah para nabi, tanah suci yang diberkahi Allah, dan kiblat pertama umat Islam sebelum Ka‘bah di Makkah. Di sanalah Masjid al-Aqsa berdiri, masjid yang Allah sebut secara langsung dalam Al-Qur’an:
“Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya…” (QS. Al-Isra’ [17]: 1).
Ayat ini menegaskan bahwa Palestina bukan sekadar isu politik, melainkan bagian dari identitas iman umat Islam. Dukungan terhadap kemerdekaan Palestina adalah bentuk kepedulian terhadap warisan spiritual sekaligus tanggung jawab moral yang tak terpisahkan.
Rasulullah ﷺ menegaskan keutamaan Masjid al-Aqsa sebagai salah satu dari tiga masjid yang dimuliakan: “Janganlah kalian bersusah payah bepergian jauh kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Rasulullah, dan Masjid al-Aqsa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan dasar ini, membela Palestina tidak hanya urusan bangsa Arab atau persoalan geopolitik, melainkan bagian dari keimanan seluruh umat Islam.
Dalam Islam, kezaliman harus ditolak, siapapun pelakunya dan dimanapun terjadi. Al-Qur’an menegaskan: “Dan mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang tertindas, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, serta berilah kami penolong dari sisi-Mu.’” (QS. An-Nisa’ 4: 75).
Ayat ini menjadi dasar etis bahwa membela Palestina bukan hanya isu politik, tetapi amanah keimanan dan kemanusiaan. Rakyat Palestina adalah simbol keteguhan, meski ditindas mereka tetap teguh menjaga tanah suci. Keteguhan ini adalah cermin jihad sabar yang patut menjadi pelajaran bagi umat Islam seluruh dunia.
Sejarah mencatat, umat Islam di berbagai era selalu menjadikan pembebasan Palestina sebagai agenda utama peradaban. Shalahuddin al-Ayyubi menjadi simbol kegigihan umat dalam membebaskan al-Quds dari cengkeraman penjajahan. Hari ini, spirit itu seharusnya terwariskan, bukan dengan pedang semata, tetapi dengan diplomasi, dukungan moral, doa, dan kontribusi nyata di bidang politik, ekonomi, maupun media.
Dunia modern menuntut cara baru dalam perjuangan. Dukungan bisa diwujudkan melalui advokasi kemanusiaan, donasi kemanusiaan, pendidikan umat tentang Palestina, serta perlawanan narasi agar suara Palestina tidak tenggelam oleh propaganda global.
Sebagai bangsa yang pernah merasakan pahitnya penjajahan, Indonesia punya tanggung jawab moral untuk mendukung Palestina. Konstitusi kita jelas menyatakan: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.”
Dukungan Indonesia terhadap Palestina bukan hanya sikap politik, melainkan amanat sejarah, perintah agama, dan panggilan kemanusiaan. Penyuluh agama Islam, dai, dan tokoh masyarakat memiliki peran penting mengedukasi umat agar tidak melupakan Palestina, karena melupakannya berarti melupakan salah satu simpul iman.
Mendukung kemerdekaan Palestina adalah wujud dari cinta kepada tanah suci, solidaritas terhadap sesama manusia, dan pengamalan langsung ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana doa Rasulullah ﷺ, semoga Allah memberkahi Syam (termasuk Palestina) dan menjadikan umat Islam sebagai penolong bagi rakyatnya.
Kini, setiap Muslim dituntut untuk menjawab panggilan sejarah, apakah kita hanya akan menjadi penonton penderitaan Palestina, atau menjadi bagian dari umat yang menolong mereka sesuai kemampuan kita.[]
Fakhurrazi Al Kadrie, S.H.I., M.Pd., Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kota Pontianak.