Empat Ribu Pengungsi Palestina di Lebanon Stateless
Jakarta (SI Online) – Manajer Eksekutif Al Imam Al-Shatiby Association, Lebanon, Syekh Dr. Mahmoud Ahmad Samhoun mengungkapkan, saat ini terdapat sekitar empat ribu pengungsi Palestina di Lebanon yang tidak memiliki dokumen resmi. Baik dokumen dari asal mereka, Palestina, maupun dokumen dari Lebanon.
Empat ribu pengungsi itu merupakan bagian dari sekitar 250-280 ribu pengungsi Palestina yang saat ini berada di Lebanon. Akibat ketiadaan dokumen resmi itu, membuat mereka menjadi stateless dan mendapatkan perlakuan diskriminatif.
“Akibatnya mereka tidak memiliki hak untuk mendapatkan layanan kesehatan, sekolah resmi dan hak-hak lain sebagai manusia,” ungkap Syekh Mahmoud Samhoun dalam diskusi dengan media yang digelar Adara Relief International di Jakarta, Rabu (23/03/2022).
Syekh Mahmoud mengungkapkan, saat ini setidaknya ada sekitar 28 titik layanan kesehatan untuk para pengungsi Palestina. Namun, karena empat ribu orang itu statusnya “stateless”, mereka tidak mendapatkan layanan tersebut.
Hal ini diperparah dengan kebijakan Lebanon yang disebut oleh pengajar Studi Islam di Universitas Jinan itu sebagai “kebijakan rasis”. Setidaknya ada dua kebijakan yang diberlakukan kepada para pengungsi.
Pertama, mereka tidak diperbolehkan membawa masuk bahan bangunan ke kamp pengungsian. Kedua, para pengungsi tidak memiliki hak kepemilikan properti. “Jika mereka mampu membeli apartemen atau kendaraan, harus diatasnamakan warga Lebanon,” kata dia.
Kondisi mengenaskan lagi, dalam bidang pendidikan. Di kamp pengungsian Palestina, kata Syekh Mahmoud, satu kelas yang sempit harus diisi dengan 60 murid.
Sedangkan terkait kondisi perempuan, Anggota Asosiasi Cendekiawan Muslim Lebanon (AMSL) itu menyebut secara persentase jumlah pengungsi perempuan 53 persen. Naasnya lagi, mereka juga menjadi tulang punggung perekonomian keluarga.
“Karena suami tak bisa memberi nafkah, perempuan harus ikut kerja. Demikian pula anak-anak usia 15 tahun, mereka harus ikut bekerja,” kata dia.
Uniknya, kata Syekh Mahmoud, jika ditanya kepada para pengungsi mereka masih berharap untuk dapat kembali ke tanah airnya, Palestina. “Mereka akan kembali,” kata dia.