Erdogan: Negara Teroris Israel Telah Melewati Semua Batas
Ankara (SI Online) – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan Dewan Keamanan PBB harus melakukan tindakan cepat untuk melawan agresi Israel terhadap Jalur Gaza, Palestina.
Erdogan kembali menyebut negara Yahudi itu sebagai negara teroris.
Komentar keras Erdogan muncul saat jurnalis kantor berita Turki dan sekolah yang didukung PBB terkena serangan Israel di Gaza.
“Negara teroris yang mencoba menjarah kota seperti Yerusalem, yang menampung tempat-tempat suci bagi Muslim, Kristen dan Yahudi, telah melewati semua batas,” kata Erdogan pada Jumat (14/05).
Bukan kali ini saja Erdogan menyebut Israel sebagai negara teroris. Seperti dilansir Aljazeera.com pada awal April 2018 lalu, Erdogan secara lantang menyebut Benjamin Netanyahu sebagai teroris, dan Israel adalah negara teroris.
“Sangat penting bahwa Dewan Keamanan PBB mengambil langkah-langkah untuk memastikan perdamaian di Yerusalem sejalan dengan keputusan Majelis Umum,” kata Presiden Erdogan saat berbicara kepada anggota Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) selama konferensi video.
Dia mengatakan Turki siap untuk secara aktif mendukung inisiatif apa pun yang diumumkan oleh PBB. Menurutnya, negaranya “tidak akan diam” bahkan jika seluruh dunia mengabaikan perkembangan di Gaza.
“Ini adalah tugas bagi seluruh umat manusia untuk melawan agresi [Israel] terhadap kota-kota Palestina dan Yerusalem,” kata Erdogan.
“Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) harus secara khusus mengambil sikap konkret tentang masalah ini. Jika tidak, organisasi ini hanya akan mendiskreditkan keberadaannya sendiri,” ujarnya.
“Jika kita tidak segera menghentikan agresi Israel di Palestina dan…di Yerusalem, besok, semua orang akan menjadi sasaran mentalitas brutal ini,” kata Erdogan.
Erdogan juga memberikan teguran pedas kepada para pejabat yang mendukung tindakan Israel di Gaza.
“Mereka yang memilih untuk tetap diam atau mendukung Israel karena alasan politik dan ideologis harus tahu bahwa giliran mereka akan datang suatu hari nanti,” ujarnya, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (15/5/2021). []