Faiz dan Reza, Anak Baik yang Insyaallah Syahid

Jakarta (SI Online) - Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) kasus kematian enam laskar FPI kembali mengunjungi keluarga korban untuk bersilaturahim sekaligus memberikan dukungan moril. Dalam kunjungan pada Senin lalu (25/1), TP3 mendatangi keluarga almarhum Faiz Ahmad Syukur di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan dan keluarga almarhum Muhammad Reza di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat. Kunjungan pertama kepada keluarga almarhum Faiz. TP3 yang diwakili Mantan Penasehat KPK Abdullah Hehamahua, Presiden Kompi HM Mursalin dan Pimpinan Dewan Dakwah Taufik Hidayat diterima oleh Syuhada, ayah Faiz. Syuhada bersyukur, meski kasus kematian anaknya sudah lebih dari sebulan namun masih ada yang perhatian kepada ia dan keluarga. Di rumah sederhananya, Syuhada bercerita bahwa Faiz adalah sosok anak yang berakhlak baik. Tidak hanya kepada keluarga, kepada orang lain pun demikian. "Masyaallah, Faiz itu akhlaknya sangat baik, kepada orang tua selalu mencium tangan. Dan ini bukan karena kami orang tuanya, silahkan tanya kepada teman-temannya tentang akhlak Faiz," ujar Syuhada. Terkait kasus kematian anaknya, Syuhada yakin Faiz berada dalam kebenaran. Bahkan ia juga yakin anaknya mati syahid. Dengan keyakinan itulah, Syuhada berani melakukan mubahalah untuk membuktikan kebenaran kasus ini. "Dalam urusan hukum dunia kami bersyukur dibantu para advokat dan banyak tokoh untuk menuntut keadilan, untuk urusan dunia akhirat kami berani bermubahalah, dan untuk urusan akhirat insyaallah kami akan menuntut mereka yang terlibat pembunuhan anak kami," jelas Syuhada. Menutup obrolan santai dengan keluarga almarhum Faiz, Syuhada menunjukkan karya terakhir Faiz sebelum wafat berupa bendera bertuliskan "Ayo Gelorakan Revolusi Akhlak" dengan foto Habib Rizieq Syihab (HRS) di atasnya. Bendera revolusi akhlak yang dibuat almarhum Faiz Setelah itu, TP3 melanjutkan perjalanan menuju rumah keluarga almarhum Reza di daerah Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Rumah keluarga Reza lebih sederhana lagi, bahkan tergolong miskin secara keberadaan. Di rumah sempit dua lantai berukuran 2 x 5 meter, lima orang keluarga Reza hidup berhimpitan di kediamannya. Meski hidup dalam kemiskinan, namun keluarga Reza tergolong intelek. Mereka miskin bukan karena malas bekerja, semua kakak beradik bekerja bahkan sang ibu berjualan nasi bungkus. Reza lah yang setiap hari membantu ibunya dalam menyiapkan dagangannya. Keluarga almarhum Reza Sementara itu, kakak Reza ada yang bekerja sebagai penjaga ruko, ada juga yang menjadi baby sitter. Reza sendiri menjaga keamanan di kampung sambil menjadi tukang parkir. Bila berangkat tugas kelaskaran, Reza pamit kepada sang ibu bak berangkat jihad fisabilillah. "Reza cium bahkan sujud kepada ibunya, sang ibu pun sangat bangga kepada anaknya," kata Mursalin, anggota TP3 bercerita tentang kunjungan tersebut. Kata Mursalin, rumah kecil keluarga Reza terlihat bersih. Dan aktivitas Reza di FPI menjadi pencerahan dalam cara pandang hidup keluarganya. "Mereka rajin-rajin bekerja semua, dan orang kampung di situ sayang kepada keluarga Reza, dan kami merasakan Islam telah menyinari kehidupan mereka," kata Mursalin. Mewakili TP3, Mursalin mengatakan bahwa pihaknya akan terus berupaya mengawal kasus ini. "Insyaallah kami terus berupaya untuk menuntut keadilan hukum, kami berharap para pelaku dan inisiator di belakangnya bisa terungkap dan dihukum. Ke depan, tidak boleh ada lagi anak bangsa yang menjadi korban pembunuhan," jelas Presiden Komando Ulama untuk Pemenagan Politik Islam (Kompi) itu. Sebelumnya, TP3 menggelar konferensi pers pada Kamis (21/1) di Hotel Century Park Senayan, Jakarta Pusat. Dalam konferensi pers tersebut, TP3 akan melakukan advokasi hukum dan HAM berkelanjutan agar kasus pembunuhan dalam ‘Tragedi KM 50’ bisa terungkap jelas dan pelakunya diadili sesuai hukum yang berlaku. baca juga: TP3: Pembunuhan Laskar FPI Pelanggaran HAM Berat red: adhila