OPINI

Fajar Pagi di Ufuk Malam Panjang Peradaban Islam

Muhammad Abduh mencoba mengatasi ini. Menurutnya, ijtihad perlu digalakkan untuk memformulasi ulang ajaran-ajaran Islam yang tidak lagi relavan pada era sekarang. Pengagungan secara berlebih dan taklid terhadap ulama terdahulu juga perlu dihilangkan. Sebab ini yang menjadikan keilmuan Islam tidak progresif.

Umat Islam terbiasa menerima dengan semena-mena pendapat-pendapat ulama masa lalu, tanpa mengkritisinya, dengan demikian ijtihad merupakan solusi yang ditawarkan Abduh.

Lebih lanjut, ia berupaya menyintesa Ilmu agama dan ilmu-ilmu Barat. Kemegahan yang telah dicapai peradaban Barat dalam konteks ilmu pengetahuan, membuka tabir pandangan tokoh-tokoh Muslim untuk memajukan pengetahuan umat Islam.

Hal ini tampak pada upaya Abduh dengan mereformulasi sistem pendidikan di Al-Azhar, ia memasukkan pelajaran filsafat untuk membangun kembali semangat intelektual.

Dalam dimensi politik, Muhammad Abduh juga sangat aktif. Sependapat dengan Al-Afghani, bahwa kolonialisme perlu dihilangkan. Bahkan, mereka berdua pernah berkolaborasi memropagandakan gerakan-gerakan pembaharuan umat Islam dalam tulisan-tulisannya yang termuat di al-Urwat al-Wutsqo.

Ini mereka lakukan ketika Abduh menjalani pengasingannya di Prancis akibat keterlibatan Abduh dalam revolusi Urabi Pasha. Ia merupakan sosok yang akan terus dikenang oleh khalayak. Berkatnya, banyak tumbuh tokoh Muslim modernis yang sadar akan keharusan kemajuan peradaban Islam.

Tidak ubahnya Al-Afghani dan Abduh, Iqbal (1877-1938) juga memfokuskan perhatiannya terhadap reformasi Islam. Ia juga sepakat akan sikap taklid yang perlu dihilangkan. Keilmuan harus dinamis sesuai konteks zaman, tidak menganggap keilmuan itu telah mencapai final.

Maka menurutnya, rekonsiliasi antara intelektual Islam dan tradisi pengetahuan Barat perlu digalakkan. Tanpa menghilangkan laku-laku spiritualitas sebagaimana ditegaskan Iqbal. Seharusnya praktik spiritual menjadikan seseorang lebih kuat berkomitmen atas perubahan sosial, bukan lantas menjauhkan diri dari keduniawian.

Dari ketiga tokoh yang telah dipaparkan, tampak jelas mereka sama-sama memperjuangkan reformisme Islam. Usaha untuk membangkitkan kembali umat Muslim dari tidur panjangnya yang melenakan. Rekonsiliasi tradisi intelektual Islam dan Barat dianggap mampu untuk mengejar ketertinggalan Islam dari peradaban Barat.

Dalam rangka mewujudkan hal itu, secara teknis yang dilakukan oleh tokoh modernis tersebut berbeda. Fokus utama Jamaluddin al-Afghani ialah perpolitikan, Muhammad Abduh lebih menekankan reformasinya dalam dunia pendidikan, dan Muhammad Iqbal dalam hal spiritualitas.

Berikutnya, jika kita ingin menspesifikasi, kunci utama gerakan modernitas yang digaungkan oleh aktor-aktor pembaharu Muslim yaitu, reformasi intelektual Islam dan kehidupan sosial masyarakat Muslim.

Seperti dijelaskan di atas, ijtihad mampu menampik tradisi pengetahuan Islam yang statis, kolot, dan tidak progresif. Memahami realitas dengan lebih rasional dan mengedepankan akal budi, bukannya fatalistis. Melalu pendidikan ini, nantinya mampu membangun peradaban yang lebih maju dan menciptakan kultur sosial yang unggul serta mampu bersaing dengan bangsa luar.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button