OPINI

Fenomena Mamdani dan Pemilihan Walikota New York

Sekitar akhir Oktober 2024 lalu saya diundang hadir dalam sebuah pertemuan kecil di kawasan Hillside Queens, New York. Saya diberitahu bahwa acara ini diadakan sebagai ajang pengenalan salah seorang calon Wali Kota New York, Zohran Mamdani.

Saya mengenal Zohran karena telah beberapa kali hadir di Masjid kita, Jamaica Muslim Center, baik pada shalat Jumat maupun Idulfitri/Adha. Yang mengejutkan saya adalah ketika mengetahui Zohran Mamdani akan maju menjadi salah seorang calon walikota New York dari Partai Demokrat.

Saya terkejut karena Zohran Mamdani, walaupun sudah menduduki posisi anggota DPRD (State Assembly) New York, namun relatif masih belum dikenal di Kota New York. Apalagi keterlibatannya di perpolitikan New York juga relatif baru (2021). Terlebih lagi posisinya sebagai anggota DPRD (Assemblyman) negara bagian New York tidak lebih bergengsi ketimbang DPRD New York. Karenanya bagi saya keputusannya untuk maju menjadi calon Walikota adalah sebuah keberanian yang pastinya terkalkulasi secara baik.

Walaupun acara itu adalah acara kampanye politik, namun naluri saya sebagai Imam tidak pernah berkurang. Karenanya dalam sambutan saya sampaikan kutipan sebuah ayat dari Surah Toha ayat 42. Ayat singkat ini memberikan pesan kepada Musa untuk bangkit bersama saudaranya (Harun) di hadapan Fir’aun dengan berbekal ayat-ayat Allah dan dengan energi “zikrullah”.

Dalam sambutan itu saya memaknai kata “izhab anta bi ayaati” (berangkatlah engkau dengan ayat-ayatKu) sebagai pentingnya membangun pergerakan (movement) yang terstruktur dalam rangka melawan kekuatan opresif. Dan Fir’aun dalam sejarah kita kenal sebagai Kekuatan opresif pada masanya.

Rupanya Zohran Mamdani mungkin di luar kesadarannya mengambil pesan ayat ini secara serius. Sebagai seorang Muslim, bagi Zohran ayat Al-Qur’an bukan sekedar bacaan ritual untuk mengakumulasi pahala. Tapi petunjuk hidup yang menjadi motivasi dan cahaya dalam menjalankan roda kehidupannya.

Kampanye yang bangun dan dipimpin oleh Zohran Mamdani bukan kampanye biasa. Tapi sebuah pergerakan grass roots (grass root movement) yang terbangun secara sistimatis dan solid. Dari dukungan masyarakat hanya sekitar satu persen, bergerak dan menggerakkan massa (people) hingga di jam-jam terakhir sebelum pemungutan suara (election day) Zohran menjadi kandidat terkuat (front runner).

Pergerakan yang dibangun dalam waktu relatif singkat (sekitar tujuh bulan) itu tidak sekedar memenangkan pemilihan penyisihan calon Partai Demokrat. Tapi menumbangkan kekuatan “establishment” dan status quo dengan kekuatan uang/Oligarki. Mengalahkan seorang mantan Gubernur, warga putih/Italia, dengan dukungan penuh dari pembesar Partai seperti Bill Clinton, Bloomberg dengan dukungan dana besar.

Faktor-faktor utama kemenangan Zohran Mamdani

Dalam perjalanan ke kantor pagi ini saya mencoba scroll berita-berita tentang pemilihan calon (primary election) di kota New York kemarin. Banyak pihak yang shock dan hampir tidak percaya. Sebagian yang lain menilai dengan sinisme. New York Times misalnya pagi ini menyebutkan bahwa kemenangan Zohran tidak lebih karena kampanye Cuomo yang lemah dan membosankan. Bukan karena kekuatan dan kemampuan Zohran sendiri.

Bagi saya semua itu hanya ekspresi kekecewaan. Bahkan pada tataran tertentu kemarahan atas kekalahan calon yang mereka dukung. Bayangkan seorang Cuomo, mantan Gubernur dan dukungan dinasti politik, warga putih keturunan Italia, salah satu segmen warga terkuat di kota New York. Juga dengan dukungan penuh dari pembesar Partai, orang-orang kaya dan oligarki. Tiba-tiba dikalahkan oleh seorang anak muda, pendatang baru, bahkan dianggap tidak berpengalaman. Tidaklah itu menyakitkan?

Saya justeru melihat minimal ada enam faktor utama kekuatan Zohran Mamdani dalam pemilihan calon Demokrat kali ini.

Pertama, Faktor momentum. Pada sisi ini ada dua hal penting. Satu, kemenangan Donald Trump yang dianggap tidak sejalan dengan aspirasi warga New York. Dua, situasi global, khususnya genosida Gaza/Palestina yang semakin tidak bisa diterima oleh masyarakat luas kota New York. Momentum ini sangat relevan dengan Zohran yang memang anti fasisme dan otoritarianisme (Donald Trump) dan anti genosida dan kejahatan kemanusiaan (crime against humanity) di Gaza, Palestina.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button