Fufufafa Berakhir Ufufafaf
Di negara maju seperti Jepang dan atau Korea yang segalanya mengutamakan meritokrasi menjadi pejabat publik, maka dia akan sadar diri secara etika dan attitude sebelum dilantik harusnya Gibran itu mengundurkan diri.
Ketika setelah dilantik, apalagi ketika sang Bapak sudah tak ada pengaruh lagi tanpa dukungan koalisi partai-partai lagi di DPR, di MK, di MA, bahkan sudah tanpa Polri dan TNI:
Mampukah seorang Gibran yang adiktif itu memanggul kenyataan jabatan itu sebagai hasil keculasan dan kelicikan politik keluarga dinasti Mulyono yang sudah tak diakui populer dan populis lagi? Bahkan, sudah menjadi antagonisme publik itu?
Dan manakala Indonesia dalam kondisi sepahit-pahitnya, ternyata kemudian Prabowo di tengah perjalanan sebagai Presiden mangkat:
Seperti telah menjadi inspirasi dan insting Prabowo sendiri ketika meliterasikan pikirannya dalam buku Indonesia Paradoks dalam novel satire The Ghost Fleet yang dikutipnya bahwa 2030 Indonesia akan bubar.
Seorang Gibran Rakabuming Raka di sebelahnya sebagai pendampingnya yang egois, angkuh, bebal dan pongah, boleh jadi dialah sumber dan sumbu penyebab dan permasalahannya.
Pada akhirnya, analogi narasi ufufafaf bagi bangsa jadi tengil, pongah dan culas, padahal bodoh dan tolol itu di tengah-tengah kompetisi mondial dan global itu Indonesia mau dan akan bisa maju? Wallahu a’lam Bishawab.
Mustikasari-Bekasi, 3 Oktober 2024
Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan.