Gaul Boleh, tapi Harus Beradab
Melalui perspektif Bimbingan dan Penyuluhan Islam, penting untuk membahas bagaimana seorang Muslim, terutama generasi muda, bisa belajar menjaga adab dalam berkomunikasi. Pembahasan ini tidak hanya relevan untuk memperbaiki hubungan sosial, tetapi juga untuk menjadi pribadi yang lebih santun dalam tutur kata.
Dengan dasar ini, mari kita telusuri bagaimana adab berkomunikasi yang baik menurut Islam bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana kita dapat menghindari penggunaan bahasa peyoratif yang bisa berdampak negatif bagi diri sendiri maupun orang lain. Lalu, bagaimana cara kita mengatasi fenomena tersebut?
Untuk mengatasi fenomena ini, Pendidikan Islam harus berperan aktif dalam:
- Pendidikan Adab Berkomunikasi
Pendidikan Islam harus memberikan penekanan pada pentingnya menjaga lisan, sebagaimana diajarkan Rasulullah Saw: “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Menanamkan Kesadaran Ukhuwah Islamiyah
Mengajarkan nilai-nilai persaudaraan Islam untuk menghormati orang lain tanpa menjadikan kekurangan atau keunikan mereka sebagai bahan olokan.
- Memberikan Teladan dalam Berbahasa
Orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat perlu memberikan contoh penggunaan bahasa yang santun dan positif, sehingga remaja memiliki role model dalam berkomunikasi.
- Penyuluhan Islam
Bimbingan dan penyuluhan Islam dapat dilakukan untuk menjelaskan dampak negatif kata-kata peyoratif terhadap hubungan sosial dan keimanan.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa peyoratif harus digantikan dengan pola komunikasi yang membangun. Upaya ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk menjaga lisan dan menjauhi hal-hal yang merendahkan. Kata-kata peyoratif di kalangan remaja menunjukkan perlunya perhatian serius dalam membina komunikasi yang beradab.
Melalui Bimbingan dan Penyuluhan Islam, remaja dapat diajarkan pentingnya menjaga lisan sebagai bagian dari keimanan dan akhlak. Dengan melibatkan keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan, upaya ini dapat membantu mengatasi degradasi bahasa dan moral, sehingga menciptakan generasi yang berkomunikasi secara Islami dan bermartabat.[]
Tiara Syaumi Rizki, Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.