Gaza Diblokade Total, Erdogan Sebut Israel Rencanakan Pembantaian
Jakarta (SI Online) – Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa blokade dan pengeboman Israel di Gaza adalah pembantaian.
Erdogan menegaskan pada Rabu, 11 Oktober 2023, pembalasan atas serangan pejuang Palestina merupakan respons yang tidak proporsional.
Turki menawarkan diri untuk menengahi perang ini. Erdogan mulai menelepon para pemimpin dunia dari Israel, Palestina, Lebanon, Qatar dan Mesir pada Senin untuk membahas perkembangan terbaru dalam pertempuran yang dipicu oleh serangan mendadak Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023.
Sebelumnya, Erdogan mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi setelah memimpin rapat kabinet bahwa Turki siap bertindak sebagai mediator untuk mengakhiri konflik jika kedua pihak mengusulkannya, termasuk pertukaran sandera.
Erdogan dan Menteri Luar Negeri Turki berbicara lewat telepon dengan kekuatan regional, Amerika Serikat, dan negara-negara lain. Namun utusan Israel untuk Ankara mengatakan masih terlalu dini untuk membahas mediasi.
Berbicara kepada Partai AK yang berkuasa di parlemen, Erdogan mengatakan perang pun memiliki “moralitas.” Namun gejolak antar kedua pihak yang terjadi sejak akhir pekan telah “sangat” melanggar moralitas.
“Mencegah orang memenuhi kebutuhan paling mendasar mereka dan mengebom perumahan tempat tinggal warga sipil– singkatnya, melakukan konflik dengan menggunakan segala cara yang tercela – bukanlah perang. Ini adalah pembantaian,” katanya.
Ia mengacu pada Israel yang memutus aliran listrik dan air ke Gaza serta menghancurkan infrastruktur di sana.
Meskipun tidak menyalahkan Israel secara gamblang, Turki mengatakan bahwa pertempuran tersebut terjadi karena adanya ketidakadilan selama bertahun-tahun terhadap warga Palestina, dan bahwa satu-satunya jalan menuju perdamaian adalah pembentukan negara Palestina yang berdaulat melalui solusi dua negara.
Pada Rabu kemarin, Erdogan mengkritik serangan “tidak proporsional” Israel terhadap Gaza sebagai serangan yang “tidak memiliki landasan etika”, dan meminta dunia untuk tidak “secara membabi buta” memilih satu pihak.
Ia memperingatkan bahwa membiarkan masalah mendasar dari konflik ini tidak terselesaikan akan menimbulkan konflik baru yang lebih kejam.
“Kami menyerukan kepada negara-negara di Amerika, Eropa, dan kawasan lain untuk mengambil posisi yang adil di antara para pihak berdasarkan keseimbangan kemanusiaan. Setiap orang harus menahan diri dari tindakan yang sepenuhnya akan menghukum rakyat Palestina, seperti menghalangi bantuan kemanusiaan,” katanya.
sumber: Reuters