Geliat Politik Akar Rumput dan Keruntuhan Oligarki
Maka, dengan tewasnya Joshua Hutabarat dalam kasus Ferdy Sambo itu —sebagai blessing in disguise, sudah selayaknyalah almarhumah dijadikan pahlawan bangsa dikarenakan betapa beliau telah membongkar “aib besar” negara dan bangsa ini yang sungguh memalukan, tetapi para pejabat sudah ditempeli bedak “rai gedek”, alias tebal muka yang tak dihiraukannya.
Oleh karena itu saat momentum terjadinya kalibrasi demokrasi pada Pemilu dan Pilpres 2024 nanti. Rakyat akar rumputlah —yang sudah menahan dan menumpuk rasa kesabaran tanpa geliat gerakan inskontusional, ternyata masih mengambil pilihan jalan bijak dan terbaik melalui proses demokratisasi untuk melakukan pergantian kepemimpinan bangsa dan negara yang akan menentukan siapa yang paling tepat dalam penentuan keterpilihannya.
Dan sebenarnya kita tengah menyaksikan suatu proses besar dan revolusioner dengan bakal tumbang dan keruntuhannya partai-partai oligarki dikarenakan kehilangan konstituen dari akar-akar rumputnya.
Lihat saja PDIP, “The Champion Party”, sang pemegang kuota PT 20% sendirian dan tanpa harus koalisi, malah tengah semakin teralienasi.
Puan Maharani “Ratu Mahkota”, pemegang legacy generasi penerus trah tradisi Sokarnoisme, masih tak beranjak naik pula dari keterpurukan elektabilitasnya.
Ini bisa menjadi parameter dan menandakan pula betapa telah “menghilang” kekuatan akar-akar rumput pendukungnya.
Atau adanya proxy setting -akibat pengaruh kekuatan Jokowi Presiden masih didukung oleh Oligarki —meski jadi petugas di partai moncong banteng itu, secara diam-diam tengah melakukan politik “inward breaking”, memecah dan mengubah persepsi politik pengikutnya dari dalam internal partai PDIP sendiri agar kekuasaan Megawati dan turunannya harus berakhir.
Selanjutnya, memgumpan “politik dua kaki” kepada Ganjar Pranowo yang sesungguhnya hanyalah sebagai boneka. Satu kaki tetap di PDIP, kaki lainnya di koalisi KIB, setelah menjadi koalisi pertama yang “minggat” bersama dari kelompok partai-partai oligarki yang dilokomotifi oleh PDIP.
Tetapi, bukti fakta faktual apa yang kemudian terjadi? Salah satu representasi organisasi akar rumput Joman yang dikenal murni, geniun dan militan mendukung Jokowi dan GP Mania yang mendukung Ganjar, kedua-duanya menyatakan mundur.
Sebaliknya, di KIB banyak organisasi akar rumput, di antaranya Musra, Projo dan Nusantara Bersatu —sukarelawan yang semuanya eks kader PDIP, yang merupakan proxy setting-nya KIB tujuannya mendukung Jokowi untuk memperpanjang tiga periode dan Ganjar untuk Bacapres, malah di dalam internal partai KIB sendiri “menggembos”, terutama oleh kader partai yang mewakili akar rumput partai itu secara de facto, justru mendukung Anies Rasyid Baswedan.
Golkar, terutama di akar rumput komunitas kaum muda kader Golkar membentuk Go-Anies yang secara resmi mendeklarasikan dukungannya kepada Anies.