FILANTROPI

Gen Z dan Kerja Kesukarelawanan

Memastikan topik-topik program yang organisasi jalankan sesuai dengan isu yang Gen Z peduli juga menjadi pertimbangan dalam merekrut dan melibatkan Gen Z. Jika di Indonesia isu perubahan iklim, misalnya, menjadi perhatian Gen Z, maka program dapat diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah di tengah masyarakat yang timbul akibat perubahan iklim.

Selain itu organisasi perlu dengan masif memanfaatkan teknologi internet, media sosial, dan kecerdasan buatan (AI) untuk promosi dan advokasi program. Sebagai generasi yang amat terikat dengan teknologi, pendekatan semacam itu akan menjadikan Gen Z lebih berkomitmen karena merasa ‘relate’ dengan perangkat dan teknologi yang digunakan.

Mematok Hak dan Kewajiban

Di luar semua hal di atas, satu poin yang patut dipersiapkan sejak awal adalah memastikan hak dan kewajiban sebagai relawan diketahui dan diterima dengan baik. Ini sesungguhnya berlaku bagi calon relawan dari generasi mana saja. Akan tetapi, untuk Gen Z, memastikan hak dan kewajiban mereka sebagai relawan merupakan hal krusial yang dapat menentukan keterlibatan aktif dan komitmen mereka ke depan.

Menetapkan hak dan kewajiban yang jelas dan tegas akan membuat relawan muda seperti Gen Z akan merasa jauh lebih tenang, tidak overthinking tentang perannya dalam organisasi, termasuk manfaat yang akan mereka terima dalam kerja kesukarelawannya.

Dengan menyesuaikan konsep rekrutmen, pendekatan, dan program organisasi relawan yang tepat, Gen Z akan dengan senang hati dan berkomitmen menjalankan fungsinya sebagai sukarelawan untuk membantu masyarakat dan mereka yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.[]

Ahmad Husein, Pegiat Kemanusiaan, Ketua Umum Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button