#Bebaskan PalestinaINTERNASIONAL

Genosida di Gaza Masuki Hari ke-319, Pembantaian Belum Berhenti

Gaza (SI Online) – Pasukan penjajah Israel Zionis terus melakukan kejahatan genosida di Jalur Gaza, selama 319 hari berturut-turut, dengan melancarkan puluhan serangan udara dan penembakan artileri, sekaligus melakukan pembantaian terhadap warga sipil, di tengah situasi kemanusiaan yang sangat buruk akibat pengepungan dan pengusiran lebih dari 95% penduduk.

Dilansir Pusat Informasi Palestina, Selasa (20/8/2024) dilaporkan bahwa Pesawat tempur tempur dan pasukan artileri penjajah Israel melanjutkan serangan dan pemboman dengan kekerasan di berbagai bagian Jalur Gaza, menargetkan rumah-rumah, tempat berkumpulnya para pengungsi, dan jalan-jalan, menewaskan puluhan orang yang mati syahid dan terluka.

Pasukan penjajah Israel terus melakukan invasi darat ke pemukiman besar di Rafah, sejak 7 Mei, dan beberapa wilayah Gaza, di tengah pemboman udara dan artileri serta melakukan pembantaian mengerikan.

Sebanyak 4 warga menjadi syahid akibat pemboman pendudukan, setelah tengah malam, terhadap mobil sipil di sekitar Jalan Al-Hashashin, sebelah utara kota Rafah.

Empat orang syahid tewas akibat pengeboman pendudukan terhadap rumah tahanan Alaa Abu Zeid di kamp Bureij. Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa di antara para korban adalah istri tahanan, Alaa, dan putranya, Nour, dan mencatat bahwa penjajah menangkap Abu Zeid dari salah satu pusat perlindungan di Jalur Gaza tengah selama perang saat ini.

Sejumlah pengungsi terluka dan tenda mereka dibakar dalam serangan mendadak pasukan pendudukan Zionis – setelah tengah malam – di Mawasi Al-Qarara, barat laut Khan Yunis.

Sumber lokal mengungkapkan bahwa pasukan penjajah yang ditempatkan di sebelah barat Kota Hamad, sebelah barat Khan Yunis merangsek menuju daerah Al-Mawasi yang lama diklaim sebagai daerah kemanusiaan yang aman dan di mana terdapat puluhan ribu pengungsi di tenda-tenda usang, di tengah tembakan dan peluru artileri.

Sumber menambahkan bahwa banyak tenda yang terbakar, memaksa para pengungsi meninggalkan tenda mereka dan melarikan diri ke pantai untuk menghindari pendudukan dan peluru berat yang ditimbulkannya.

Menurut sumber, banyak korban luka tercatat di kawasan tersebut dan tidak memungkinkan untuk diangkut ke rumah sakit, serta tidak mungkin memadamkan api yang terjadi di tenda-tenda pengungsi. [ ]

Artikel Terkait

Back to top button