#Bebaskan PalestinaINTERNASIONAL

Genosida Masuki Hari ke-700, Sampai Kapan Dunia Membiarkan Pembantaian di Gaza?

Gaza (SI Online) – Genosida Israel di Jalur Gaza telah memasuki hari ke-700. Serangan udara, artileri, dan pembantaian sistematis terus menargetkan warga sipil yang kelaparan dan terlantar. Dukungan politik dan militer dari Amerika Serikat serta kebisuan komunitas internasional semakin memperparah penderitaan lebih dari dua juta pengungsi Palestina.

Gelombang Serangan dan Pembantaian Baru

Pusat Informasi Palestina pada Jumat (6/9/2025) melaporkan bahwa pasukan Israel melancarkan puluhan serangan sejak Jumat dini hari, menewaskan puluhan warga sipil. Rumah sakit Gaza melaporkan 31 kematian baru, di antaranya:

  • Empat orang tewas akibat penembakan terhadap sebuah jip Hyundai di barat Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah.
  • Seorang warga tewas di dekat pusat bantuan al-Tina, barat daya Khan Yunis.
  • Dua orang syahid dan sembilan luka-luka dalam serangan ke tenda pengungsi di Universitas Islam, barat daya Kota Gaza.
  • 19 warga, termasuk anak-anak dan perempuan, gugur akibat pengeboman apartemen dan tenda pengungsi di Kota Gaza sejak tengah malam.

Serangan udara Israel menghantam terminal bus Shuja’iyya, Jalan Al-Lababidi, serta permukiman Al-Rimal, Al-Sabra, dan Al-Daraj, menewaskan belasan warga sipil.

Pasukan Israel juga meledakkan robot jebakan di Jabalia al-Nazla, menghancurkan rumah-rumah warga sipil. Kekejaman ini menegaskan bahwa tenda pengungsi, rumah sipil, bahkan rumah sakit dan universitas pun tak luput dari target militer Israel.

Jumlah Korban Terus Meningkat

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hingga kini serangan Israel telah menewaskan 64.231 orang, melukai 161.583 orang, dan lebih dari 10.000 orang masih hilang.

Kelompok paling rentan menjadi sasaran utama:

  • 19.063 anak-anak dibunuh dengan serangan udara, artileri, atau tembakan sniper.
  • 14.500 perempuan terbunuh.
  • 1.590 tenaga medis, 123 personel pertahanan sipil, 245 jurnalis, dan 754 aparat keamanan syahid akibat serangan langsung Israel.
  • Selain itu, 370 warga meninggal karena kelaparan dan malnutrisi, termasuk 131 anak-anak. Angka ini mencerminkan bagaimana Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional.

Genosida Terstruktur: Keluarga Dihapus, Kota Dihancurkan

Israel telah melakukan lebih dari 15.000 pembantaian, menargetkan 14.000 keluarga Palestina, dengan sekitar 2.500 keluarga musnah sepenuhnya dari catatan sipil.

Kerusakan infrastruktur sangat masif:

  • 88% bangunan di Gaza hancur, dengan kerugian mencapai lebih dari 62 miliar dolar AS.
  • 77% wilayah Jalur Gaza kini diduduki Israel melalui invasi, kebakaran, dan penggusuran paksa.
  • 149 sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan hancur total, 369 rusak sebagian.
  • 828 masjid hancur total, 167 lainnya rusak parah.
  • 19 pemakaman dihancurkan.

Dunia Bungkam di Tengah Genosida

Israel terus menikmati impunitas, bahkan menggunakan proyek bertajuk “Yayasan Kemanusiaan Gaza” yang bercorak Israel–Amerika untuk menutupi kejahatan mereka. PBB sendiri menolak mekanisme tersebut karena dianggap melegitimasi pembunuhan berkedok bantuan kemanusiaan.

Rakyat Gaza kini menghadapi kelaparan, pengungsian massal, dan kehancuran total infrastruktur. Namun, dunia internasional belum menunjukkan langkah tegas untuk menghentikan genosida yang jelas-jelas melanggar hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa.

Tragedi Gaza hari ke-700 bukan sekadar statistik korban, tetapi kisah manusia yang kehilangan rumah, keluarga, dan masa depan. Pertanyaan besar kini menggantung: sampai kapan dunia membiarkan genosida ini terus berlangsung?

sumber: infopalestina

Artikel Terkait

Back to top button