RESONANSI

Gerakan Mengkelabu Asapkan Malaysia & Meng-Gaza-kan Indonesia

Dalam Kamus DBP istilah ‘kelabu asap’ sinonim dengan suram, kelam dan tidak ceria. Dialog ini sering dijumpai dalam cerita P Ramli yang digambarkan seperti orang mabuk yang berjalan selangkah ke depan tetapi beberapa langkahnya justru mundur ke belakang.

Liyana Marzuki, seorang warganegara Malaysia yang bergeliga mengungkapkan akan adanya gerakan tebuk atap lompat katak 2.0 ini.

Wacana ini adalah rasional karena setiap pemimpin reformasi dan berkualitas dunia akan dijatuhkan. Lihat saja Habibi yang diganti dengan pemimpin yang jauh lebih rendah kualitasnya. Dr Mursi yang dijatuhkan kembalinya Mesir ke zaman Purba kembali. Imran Khan yang berjanji akan memberantas korupsi dan banyak lagi pemimpin reformasi yang berjaya dijatuhkan.

Sependek pengetahuan saya, hanya Erdogan pemimpin reformasi yang berjaya menang melawan gerakan kudeta tentara terhadap dirinya.

Banyak alasan mengapa pemimpin reformasi ingin dijatuhkan seperti karena mereka mengganggu dominasi ekonomi dan politik selama ini. Karena gerakan mereka memberantas korupsi outputnya akan memenjarakan elit politik masa lalu. Dan outcome-nya akan memajukan negara yang akan menjadi saingan kuasa besar dunia.

Saya melihat Malaysia saat ini berada di landasan yang betul dengan berbagai kejayaan dan pencapaian di bawah kepemimpinan Madani Anwar Ibrahim.

Anwar adalah seorang pemimpin yang diakui dunia melalui berbagai pencapaian indeks internatonal seperti CPI, Happiness index, Doing Bussines dan pengakuan dunia lainnya yang tentu saja tidak selevel dengan survei abal-abal yang sangat mudah dimanipulasi oleh mereka yang berjiwa ABS asal bapak senang.

Pendapatan rakyat yang meningkat, datangnya investor besar ke Malaysia, Ringgit Malaysia sebagai mata uang terbaik ASIA. Saat ini 1 Ringgit Malaysia sama dengan Rp3.661. padahal waktu Habibi sekitar Rp2.000-2.500 saja.

Untuk saat ini saya tidak melihat seorang pun calon pengganti Anwar yang memiliki ilmu, konsep, gagasan, wawasan dan political will dalam memberantas korupsi dan menerapkan good governance di Malaysia. Ini berarti mafhum mukholafahnya gerakan melawan korupsi dan menerapkan good governance akan menjadi kelabu asap jika Anwar bukan PM lagi.

Di sisi lain di tanah air kita melihat hasil kejayaan pemimpin wayang oligarki yang ingin meng Gazakan Indonesia bukan dengan tembok beton seperti di Palestina tetapi dengan pagar laut yang akan membatasi pergerakan rakyat dan membebaskan gerakan oligarki kemana-mana dan bebas berbuat apa saja.

Inilah mengapa alasannya dalam sains politik Islam sangat menekankan untuk memilih pemimpin yang berkualitas dengan berbagai syarat yang ketat seperti harus adil, amanah, cerdas, ahklak yang baik serta pejuang hak dan kepentingan rakyat.

Semoga rakyat Indonesia dan Malaysia mampu membedakan mana intan mana kaca.

Namun demikian hanya Jauhari yang mengenal Manikam yang juga bermaksud pemimpin yang berkualitas dilahirkan oleh rakyat yang berkualitas. Pemimpin kelabu asap juga lahir karena dipilih oleh rakyat yang kualitasnya kelabu asap. []

Afriadi Sanusi, Ph.D

Artikel Terkait

Back to top button