NASIONAL

GiGa, Gerakan untuk Menguatkan Ketahanan Keluarga

Makassar (SI Online) – Dari keresahan atas maraknya kekerasan dan penyimpangan yang terjadi di lingkungan keluarga, lahirlah sebuah gerakan yang kini telah tumbuh menjadi salah satu inisiatif sosial paling aktif dalam isu ketahanan keluarga di Indonesia. Gerakan tersebut adalah GiGa (Penggiat Keluarga Indonesia).

GiGa adalah wadah berhimpunnya atau berjejaringnya para pihak (ahli, praktisi, peminat, dan pemerhati pembangunan keluarga) yang peduli dan ingin berpartisipasi dalam pembangunan keluarga. GiGa digagas oleh Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si, Guru Besar IPB University bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga.

Dalam perbincangan dengan tim media usai berikan pelatihan Manajemen Risiko Bencana Sosial (MRBS) bekerjasama dengan Yayasan Pesantren Wahdah Islamiyah (YPWI). di Makassar pada Sabtu (12/7), Prof. Euis menceritakan asal-muasal berdirinya GiGa.

“GiGa lahir tahun 2014, saat bermunculan kasus-kasus kriminalitas, bahkan yang pelakunya anak-anak. Saya sangat ingat kasus anak SD yang merojok vagina temannya dengan gagang sapu hingga meninggal dunia. Itu membuat saya terguncang,” ujarnya.

Menurut Prof. Euis, kasus-kasus serupa terjadi berulang. Anak-anak yang menjadi pelaku sebenarnya juga adalah korban dari keluarga yang rapuh, dari lingkungan yang abai. Hal itu menandai adanya gejala serius.

Keluarga: Pondasi yang Retak

Kondisi tersebut mendorong Prof. Euis untuk bertindak. Sebagai dosen di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) IPB University –satu-satunya departemen di Indonesia yang fokus pada studi keluarga, ia menyadari bahwa perubahan besar tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah atau akademisi. Harus ada gerakan dari masyarakat.

“Jumlah penduduk saat itu 266 juta (66 juta keluarga). Jumlah yg besar, sehinggp pemerintah tidak bisa jalan sendirian membangun keluarga. Kami di kampus juga terbatas. Maka saya pikir harus ada wadah yang bisa merangkul semua pihak yang peduli keluarga, meskipun sebelumnya bergerak sendiri-sendiri,” jelasnya.

Dengan semangat itu, GiGa dibentuk sebagai gerakan inklusif yang terbuka bagi siapa saja pakar, praktisi, penggerak komunitas, maupun masyarakat umum selama punya niat untuk menjaga keluarga Indonesia.

Mengusung Percepatan, Inovasi, dan Kolaborasi

GiGa tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga pusat inovasi sosial. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan hasil riset dan akademik yang langsung diimplementasikan dalam program nyata di masyarakat.

“Kami mengembangkan model seperti Kampung Ramah Keluarga, Family Crisis Center, hingga aplikasi FamLink untuk edukasi ketahanan keluarga di Android,” kata Prof. Euis. “Banyak progrm GiGa itu lahir dari riset keluarga di IPB.”

GiGa juga tidak membentuk struktur kaku seperti organisasi formal. Sebaliknya, ia bergerak dinamis melalui gugus tugas (GT) tematik yang sekarang berjumlah 10 GT, di antaranya: GT DIRGa (Data, Informasi Riset): GT eRTeKa (Relawan Titian Kebaikan), GT Giga Berdaya, GT Rumah Hiknah GiGa, GT GiGa Media, GT GiGa Muda, GT Derap GiGa, GT Sumber Daya, GT kolaborasi dan jejaring Internasional, GT Bengkel Kreativitas, yang kini berjumlah lebih dari 400 orang.

1 2Laman berikutnya
Back to top button