GiGa, Gerakan untuk Menguatkan Ketahanan Keluarga

Gerakan Rakyat yang Tumbuh Organik
GiGa berkembang secara organik. Banyak anggotanya adalah individu-individu dari berbagai daerah yang membawa misi GiGa ke komunitas masing-masing. Meski keanggotaannya bersifat individu, mereka tetap diberi ruang untuk berkontribusi sesuai kapasitasnya.
“Di GiGa, kontribusi bisa one-off, tidak masalah kalau mau off sementara karena tugas atau keluarga. Nanti bisa on lagi. Yang penting tetap ada semangat kontribusi,” ungkapnya.
Gerakan ini juga dikenal hemat sumber daya tapi produktif. Dalam banyak kesempatan, GiGa menghindari rapat-rapat fisik yang menguras waktu dan biaya, dan lebih mengandalkan efektivitas kerja berbasis data, teknologi, dan jejaring.
10 Tahun GiGa: Masih Ada yang Belum Tersorot
Kini, setelah satu dekade berjalan, GiGa telah menciptakan banyak inovasi sosial dan praktik baik dalam membangun ketahanan keluarga. Namun Prof. Euis mengakui, belum banyak pihak yang benar-benar mengangkat kiprah GiGa sebagai gerakan masyarakat yang lahir dari akar rumput, tetapi membawa dampak nasional.
“Kami bukan kekurangan ide, justru kebanyakan ide. Tinggal bagaimana kita mengeksekusinya satu per satu dengan sumber daya yang terbatas,” tuturnya.
Ia juga membuka kesempatan bagi masyarakat umum yang ingin bergabung atau belajar bersama GiGa. “Silakan. Kami sangat welcome. Yang penting mau bergerak untuk keluarga Indonesia,” pungkasnya.
GiGa hadir bukan hanya sebagai organisasi, tapi sebagai semangat. Semangat menjaga keluarga tetap menjadi tempat paling aman, tempat pertama dan utama membentuk manusia yang berdaya dan beradab. Dari Bogor, kini GiGa menjangkau seluruh pelosok negeri, menggerakkan hati demi masa depan generasi Indonesia.
Pembaca yang ingin mengetahui seputar profil dan aktifitas GiGa dapat mengunjungi website di : Home – GiGa Indonesia (AA)