Godaan Kemiskinan Hati di Era Modern

Di tengah gemerlap modernitas, manusia kerap terjebak dalam ilusi bahwa kekayaan materi mampu menutup segala kekurangan. Padahal, problem terbesar hari ini bukanlah kemiskinan harta, melainkan kemiskinan hati—kekosongan batin yang membuat seseorang, entah miskin ataupun kaya, selalu merasa kurang.
Fenomena ini nyata di hadapan kita. Ada pekerja keras yang putus asa karena sulit mendapat pekerjaan, ada pula pejabat dengan gaji melimpah tetap tergoda korupsi demi menumpuk harta. Latar belakang mereka berbeda, namun keduanya diliputi ketakutan yang sama: takut miskin, meski kemiskinan itu sering kali hanyalah bayangan.
Antara Janji Setan dan Jaminan Allah
Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah menjamin rezeki hamba-Nya berulang kali, sementara setan hanya sekali menakut-nakuti manusia dengan kefakiran. Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 268:
ٱلشَّيْطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِٱلْفَحْشَآءِ ۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًۭا ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌۭ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia dari-Nya. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Hasan al-Bashri berkata:
قَرَأْتُ فِي تِسْعِينَ مَوْضِعًا أَنَّ اللهَ تَعَالَى قَدَّرَ الرِّزْقَ، وَقَرَأْتُ فِي مَوْضِعٍ وَاحِدٍ أَنَّ الشَّيْطَانَ يَعِدُ بِالْفَقْرِ، فَشَكَّكْنَا فِي قَوْلِ اللهِ تِسْعِينَ مَرَّةً، وَصَدَّقْنَا قَوْلَ الشَّيْطَانِ مَرَّةً وَاحِدَةً
“Aku membaca di 90 tempat bahwa Allah menjamin rezeki, dan di satu tempat bahwa setan menjanjikan kefakiran. Namun kita sering meragukan firman Allah yang benar di 90 tempat, dan justru mempercayai setan yang pendusta di satu tempat.”
Cermin Kemiskinan Hati
Kemiskinan hati membuat seseorang tidak pernah merasa cukup. Seorang karyawan berpenghasilan ratusan juta tetap berutang ribawi demi rumah mewah, hanya karena takut dipandang rendah. Seorang pemuda menunda menikah karena merasa “belum mapan,” padahal Allah telah berjanji dalam QS. An-Nur [24]: 32:
وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَـٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّـٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌۭ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Jaminan ini diperkuat lagi dalam QS. Hud [11]: 6:
وَمَا مِن دَآبَّةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّۭ فِى كِتَـٰبٍۢ مُّبِينٍۢ
“Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”