OASE

Godaan Kemiskinan Hati di Era Modern

Korupsi dan Ilusi Keselamatan

Kemiskinan hati juga menjelma dalam fenomena sosial. Kasus-kasus korupsi yang menjerat pejabat tinggi menunjukkan bahwa godaan harta bahkan mampu menjerat mereka yang hidup bergelimang kemewahan. Ironisnya, sebagian pelaku tetap rajin salat, sedekah, bahkan umrah, seolah ibadah ritual dapat menutupi dosa merampas hak rakyat.

Padahal, Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي رُوعِي أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا وَأَجَلَهَا، فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ

“Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) membisikkan ke dalam hatiku: tidak akan mati satu jiwa pun sampai rezeki dan ajalnya disempurnakan. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki.”

Imam Hatim al-Asam berkata:

عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لَا يَأْكُلُهُ غَيْرِي فَاطْمَأَنَّتْ نَفْسِي

“Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan oleh orang lain, maka jiwaku pun tenang.”

Menuju Hati yang Kaya

Di era penuh tekanan, kembali pada esensi tawakal adalah kebutuhan mendesak. Rezeki sejati bukan sekadar angka di rekening, melainkan kedamaian batin dan keberkahan hidup. Musuh terbesar kita bukanlah kemiskinan harta, melainkan kemiskinan hati.

Jika Allah sudah menjamin rezeki, mengapa kita masih mempercayai bisikan setan? Kini saatnya memilih hidup dengan hati yang kaya—bukan sekadar dompet penuh tetapi jiwa yang kosong, melainkan jiwa yang tenang, cukup, dan penuh syukur. Wallahu Musta’an.

Muhammad Fitrianto, S.Pd.Gr., Lc, M.A., M.Pd, C.ISP, C.LQ., Pendidik di SMAIT Ar Rahman Banjarbaru.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button