Godaan Laki-Laki: Harta, Tahta dan Wanita

Harta, Tahta dan Wanita
Terkenal dalam masyarakat godaan laki-laki itu tiga: harta, tahta dan wanita. Ada laki-laki yang tidak tahan melihat harta, sehingga ia menjadi rakus harta. Ada laki-laki yang kesenangannya tahta atau kekuasaan. Dimanapun ia selalu ingin menjadi nomer satu. Ia selalu ingin jadi pemimpin, jadi anak buah tidak mau. Ketika godaan wanita. Bila melihat wanita cantik, laki-laki itu tidak tahan. Ia ingin menyentuhnya, menciumnya atau berhubungan badan dengannya. Ada juga laki-laki yang mungkin rakus dua atau tiga hal itu.
Presiden pertama kita Soekarno terkenal dengan kerakusannya kepada tahta dan wanita. Ia ingin menjadi presiden seumur hidup dan tidak tahan tiap melihat wanita cantik. Entah berapa wanita yang telah ia dekap selama hidupnya.
Presiden Soeharto tidak tahan terhadap godaan tahta. Ia terus ingin mempertahankan kekuasaan selamanya. Ia merekayasa dengan bantuan think tanknya (CSIS), struktur politik dan hukum agar terus dirinya terpilih. Untungnya sepuluh tahun terakhir kekuasaannya ia sadar bahwa think tanknya itu melemahkan umat Islam dalam pembangunan nasional. Tahun 1988, setelah haji ia mulai menyadari kekeliruannya dan kemudian meninggalkan CSIS dan berfihak kepada umat Islam. Hingga kemudian 1998 ia dijatuhkan. Ia mengakhiri pemerintahannya dengan husnul khatimah.
Tahta atau kekuasaan memang menarik. Bahkan kaum komunis menganggapnya sebagai kenikmatan tertinggi. Karena dengan kekuasaan itu kenikmatan dunia segalanya bisa diperoleh. Kenikmatan harta, wanita, anak buah, tepuk tangan dan lain-lain. Maka dalam sejarah dunia komunis dikenal sebagai faham yang banyak membunuh manusia.
Di masa kini, bangsa yang haus kekuasaan adalah Israel, Amerika dan Rusia. Israel telah membunuh ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan orang Palestina karena kerakusan kuasanya sejak 1948. Amerika juga begitu. Lebih dari satu juta orang menjadi korban invasinya ke Irak tahun 2003. Rusia hingga kini menunjukkan keangkuhan kuasanya ke Ukraina dengan membunuh ribuan orang di sana.
Presiden Soekarno ketika kuasa menjalin akrab dengan kelompok komunis dan menyengsarakan kelompok Islam, terutama sejak 1959. Tahun 1960 Masyumi (dan PSI) dibubarkan, media massnya dibredel dan tokoh-tokohnya dipenjara. Tahun 1963, ia merekayasa MPRS agar mengangkatnya sebagai presiden seumur hidup. Tahun 1965 ketika PKI membunuhi para petinggi TNI, Soekarno ‘diduga terlibat’ atau setidaknya membiarkan peristiwa itu terjadi. Desakan masyarakat dari berbagai lapisan agar Soekarno membubarkan PKI, Soekarno menolaknya. Akhirnya pada 1967, sidang MPRS melengserkannya.
Dalam Islam kekuasaan boleh diraih. Mereka yang berbakat dan mampu menggenggam kekuasaan dengan amanah, maka berikan kepadanya. Kekuasaan diraih dengan musyawarah (pemilu), bukan dengan paksaan atau kekerasan senjata. Kecuali dalam keadaan perang atau dijajah, maka kekerasan senjata dibolehkan untuk meraih kekuasaan. Politik Islam bisa dikatakan bertumpu pada perdamaian dan keadilan.
Al-Qur’an menyatakan,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS An Nisa’ 58)
Harta juga menjadi godaan bagi laki-laki yang bercita-cita menjadi kaya dalam hidupnya. Ia berangan-angan bahwa dengan kekayaan maka bisa merasakan berbagai kenikmatan, misalnya punya banyak anak buah dan mempunyai kekuasaan. Apalagi di masa iklim politik sekarang dimana uang memainkan peranan penting.
Dengan harta ia mungkin juga berangan-angan bisa menarik wanita dalam dekapannya. Sehingga uang, uang dan uang selalu menjadi perhatiannya tiap waktu. Akhirnya kekayaan ia dapatkan meski dengan cara menzalimi anak buah atau mencuri uang perusahaan atau negara.
Dalam Islam, kaya tidak dilarang. Boleh seseorang memilih hidup penuh kekayaan atau hidup sederhana saja. Asal harta dicapai dengan jalan halal dan tidak menzalimi pihak lain, maka harta itu sah menjadi miliknya. Sahabat-sahabat Rasulullah ada yang hidupnya banyak harta dan ada pula yang sederhana, bahkan miskin.