Habib Haidarah Al-Hinduan, Pelopor Tarekat Alawiyah Naqsyabandiyah Muhsiniyah di Kalteng

Penamaan Muhsiniyah ditambahkan karena menisbatkan kepada ayah beliau, Habib Muhsin al-Hinduan. Adanya nama ayahnya tersebut, karena Habib Muhsin merupakan salah satu figur yang berpengaruh di kota Sumenep dan Kalimatan. Sosok ayahnya inilah yang mempengaruhi kehidupan Habib Haidarah dalam dunia tarekat. Selain itu, penggabungan nama tarekat ini agar masyarakat atau orang yang di luar pengikut tarekat lebih mudah mengenal sosok Habib Haidarah Al-Hinduan.
Tarekat Alawiyah Naqsyabandiyah Muhsiniyah yang berkembang saat ini ada di majelis Tarannam Samuda di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, yang menjadi pusat penyebarannya di Kalimantan Tengah, terutama di Kapubaten Kotawaringin Timur. Selain itu, penyebaran tarekat ini dilakukan melalui Pondok Pesantren al-Hijrah di desa Basirih Hilir Samuda, tempat dimana praktik tarekat dan jamaah dibina.
Tarekat ini dapat dianggap sebagai tarekat yang inklusif. Artinya, orang-orang yang bergabung berasal dari berbagai latar belakang dan sangat beragam. Sebab Habib Haidarah menekankan kepada jamaahnya untuk memegang empat prinsip, yakni cinta, saling menghormati, rendah hati dan Ikhlas.
Penggabungan nama tarekat ini antara Alawiyah yang bersandar pada Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Naqsyabandiyah yang bersandar pada Sayyidina Abu Bakar Siddiq. Menurut Habib Haidarah diharapkan masyarakat dapat memahami dunia tarekat sekaligus mendapatkan sanad keilmuan dari kalangan habaib. Sebagaimana tarekat lainnya, tarekat ini juga mengajarkan pentingnya praktik tawajjuh.
Tawajjuh dalam bahasa Arab berarti menghadap, mengarahkan. Dalam terminologi Islam, tawajjuh berarti menghadapkan diri dan hati kepada Allah SWT. Seluruh jiwa, raga dan aktivitas mukmin haruslah terjutu kepada Allah SWT (Asmaran).
Tawajjuh pada tarekat Alawiyah Naqsyabandiah Muhsiniyah merupakan bimbingan guru kepada murid saat berzikir. Dimana guru berusaha menumbuhkan kembali semangat zikir yang telah meredup di hati para muridnya. Adapun tujuan utama tawajjuh dalam tarekat ini adalah mencapai kesadaran yang lebih mendalam dan berkelanjutan tentang Tuhan.
Selain itu, tarekat ini juga menekankan pentingnya ilmu, amal, wara, khauf, dan Ikhlas. Memberikan perhatian dan fokus kepada Allah SWT, rendah hati dalam doa dan ibadah (Huda, 2024). []
Dimas Sigit Cahyokusumo, Penikmat Tasawuf dan Sejarah asal Jakarta.