Hajar Terus Fufufafa
Presiden Prabowo melawat ke luar negeri, 8 hingga 25 November 2024. Di samping untuk menghadiri KTT APEC Peru dan G-20 Brazil juga ke RRC, AS dan Inggris. Belum pasti untuk G-7.
Uniknya, Prabowo sampaikan untuk AS dan Inggris disebut “kunjungan” sedangkan ke China “diundang”. Tiongkok memang spesial, pertemuan Prabowo Xi Jinping didahulukan.
Pertemuan langsung Prabowo Xi Jinping adalah untuk kedua kalinya di Beijing. Yang pertama dahulu menjelang putusan MK yang juga “diundang” halusnya dari “dipanggil”. Saat penentuan akankah Menhan ini akan menjadi Presiden? Restu Beijing diperlukan. Xi Jinping, Jokowi dan Prabowo membangun satu paket kebersamaan. Kini setelah dilantik sebagai Presiden, Prabowo harus sowan ke sang Kaisar. Menunggu titah paduka?
Gibran Fufufafa dengan kapasitas dan pengalaman minim di bidang pemerintahan akan dibiarkan kesepian? Tidak, ada pembekalan dahulu dari Prabowo, Menteri titipan Jokowi menjadi pengasuh, Jokowi masih ada, dan yang terpenting China mengamankan. Bukankah jaminan diberikan saat Wapres China bertemu Gibran Fufufafa di Jakarta sehari setelah pelantikan?
Meskipun demikian rakyat Indonesia akan tetap menolak Gibran Fufufafa, meminta agar ia dimakzulkan karena “tidak memenuhi persyaratan” dan “perbuatan tercela”, serta mendorong proses hukum atas penodaan agama, melanggar UU ITE dan UU Pornografi. Gibran bersama Jokowi melakukan kejahatan nepotisme sebagaimana diatur Pasal 22 UU 28 tahun 1999 tentang KKN.
Kepergian Prabowo ke Luar Negeri bukan penghentian upaya melengserkan Gibran Fufufafa. Tetap, bahkan semakin gencar untuk menghajar. Terlalu berat bangsa ini harus menggotong anak kecil yang merasa besar. Tanpa kapasitas memadai untuk memimpin rakyat 280 juta. Gibran sukses hanya karena permainan penyelenggara Pemilu atas kendali dan komando sang bapak. Betapa terhina dan terinjaknya kedaulatan rakyat saat ini.
Gibran Fufufafa dengan kecacatan sempurna harus cepat turun, semakin cepat lengser semakin tertolong dan selamat bangsa ini. Berlambat-lambat ia akan menjadi rayap pengeroposan dan penghancuran. Apalagi jika dipertahankan hingga lima tahun, Pemerintah bakal mati kelelahan.
Kapasitasnya payah. Bagaimana menjawab pertanyaan sederhana wartawan harus diserahkan kepada Wamen dan memberi pengarahan kepada Kepala Daerah dengan visi kosong. Daerah tidak boleh memiliki visi karena visi hanya milik Prabowo. Dia tidak paham bahwa Kepala Daerah itu dipilih oleh rakyat, bukan ditunjuk Prabowo. Narasi arahan ayahnya sebagai Presiden kepada para Menteri di-copy paste untuk Kepala Daerah.
Hajar terus Fufufafa. Satu paket dengan desakan adili Jokowi. Hal ini adalah perjuangan awal untuk melakukan pembenahan negara dan pelurusan kiblat bangsa. Sudah terlalu lama tatanan kehidupan Indonesia di berbagai bidang dirusak.
Jangan berharap pada Prabowo untuk membenahi, ia lebih banyak omon-omon dan sedang menikmati kekuasaannya sendiri. Ia bukan pemenang apalagi pahlawan tetapi pecundang.
Hajar terus Gibran Fufufafa.[]
M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 10 November 2024