Hamas dan Fatah Bersatu, Pembina JATTI: Semoga Soliditas Gerakan Jihad Menguat
Jakarta (SI Online) – Ketua Pembina Jaringan Alumni Timur Tengah (JATTI) KH Muhyiddin Junaidi menyambut baik kesepakatan bersatunya dua faksi terbesar di Palestina yaitu Hamas dan Fatah.
“Dunia Islam, terutama kelompok pro Palestina, pasti menyambut baik kesepakatan bersejarah antara Fatah dan Hamas, semoga kesepakatan tersebut menjadi amunisi tambahan guna meningkatkan soliditas gerakan jihad melawan kebiadaban Zionis Israhell,” ujar Kiai Muhyiddin dalam keterangannya, Rabu (24/7/2024).
Bahkan, kata Kiai Muhyiddin, optimisme semakin menguat dengan keputusan International Court of Justice (Mahkamah Pidana Internasional) yang menegaskan bahwa pendudukan Zionis wilayah Palestina adalah ilegal dan Israel harus hengkang dari wilayah yang dikuasainya sejak 1948 secara ilegal.
Oleh karena itu, menurut Kiai Muhyiddin, sudah tiba saatnya Indonesia bersuara mengambil peran utama mendorong Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) agar bersama ICJ untuk mengakhiri penjajahan Zionis atas Palestina.
“Sementara itu dunia seharusnya malu atas ketidakberdayaannya melawan Zionis. Keberhasilan Cina dipahami sebagai kemenangan telak di dunia politik atas pesaingnya dalam menyelesaikan konflik regional dan global,” jelasnya.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengungkapkan, fakta dan data menunjukan bahwa 60% konflik hasil dari pemenuhan syahwat berkuasa justru terjadi di negara Muslim. “Anehnya sebagian penguasa dari negara Muslim terlibat secara tak langsung menjadi aktor inetelektual dan provokator peperangan tersebut guna meraih keuntungan,” tuturnya.
Ia mencontohkan seperti Libya, Iraq, Sudan dan Syria yang sampai saat ini belum terbebas dari perang yang berkepanjangan. Para pejabat tinggi mereka menolak untuk hengkang dari jabatan dengan menghalangi upaya penyelengaraan pemilu.
“Akibatnya rakyat semakin menderita dan terbebani oleh biaya hidup yang tinggi. Sumber daya alam yang melimpah ruah hanya dinikmati oleh sebagian kecil pejabat korup yang berkolaborasi dengan penguasa busuk dengan menjarah sumber daya alam (SDA) tanpa hati nurani,” tandasnya.
Seperti diketahui, dua faksi terbesar di Palestina, Hamas dan Fatah, bersama 12 faksi perjuangan lainnya Selasa (23/7) sepakat meneken perjanjian damai untuk mengakhiri perselisihan sekaligus perpecahan selama bertahun-tahun. Mereka menandatangani Deklarasi Beijing.
Penandatanganan dokumen tersebut mengakhiri dialog rekonsiliasi selama tiga hari, 21-23 Juli, di antara para pemimpin senior dari 14 faksi Palestina di ibu kota China, Beijing. Menteri Luar Negeri China Wang Yi menggambarkan kesepakatan itu sebagai kesepakatan untuk memerintah Jalur Gaza bersama-sama setelah perang tersebut berakhir nanti.
red: adhila