Hamas: Pernyataan Trump Beli Gaza Tak Masuk Akal, Bodoh Kuadrat
![](https://i0.wp.com/suaraislam.id/wp-content/uploads/2021/03/hamas-gaza.jpg?resize=650%2C398&ssl=1)
Gaza (SI Online) – Anggota Biro Politik Hamas, Izzat Al-Rishq, mengecam pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang “membeli dan memiliki Gaza,”. Itu dinilai menggambarkan sebagai pernyataan tidak masuk akal yang mencerminkan kebodohan kuadrat mendalam terhadap Palestina dan wilayah tersebut.
Al-Rishq mengatakan dalam pernyataan pers bahwa Gaza bukanlah properti yang dapat diperjualbelikan, dan merupakan bagian integral dari tanah Palestina. Demikian dilansir Pusat Informasi Palestina, Selasa (11/2),
Menyikapi masalah Palestina dengan mentalitas pedagang real estat adalah resep kegagalan. Rakyat Palestina akan gagal dalam semua rencana pengungsian dan deportasi.
Dia menyimpulkan dengan mengatakan, Gaza adalah milik rakyatnya yakni bangsa Palestina dan mereka tidak akan meninggalkannya kecuali kota-kota dan desa-desa mereka yang diduduki pada tahun 1948.
Tadi malam, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia “berkomitmen untuk membeli dan memiliki Gaza dan menegaskan bahwa ia mungkin akan memberikan sebagian wilayah Jalur Gaza kepada negara-negara lain di Timur Tengah untuk membangunnya kembali.
Trump berbicara kepada wartawan di pesawat Air Force One, mengklaim bahwa ia akan mengubah Gaza menjadi lokasi yang baik untuk pembangunan di masa depan, menjaga warga Palestina dan memastikan “mereka tidak terbunuh.”
Ia menambahkan, “Gaza adalah kawasan real estate terkemuka yang tidak bisa kami tinggalkan. Kami akan membangun kembali Gaza melalui negara-negara kaya lainnya di Timur Tengah.”
Dia melanjutkan, “Saya akan mempertimbangkan kasus-kasus individual yang memungkinkan pengungsi Palestina memasuki Amerika dan negara-negara di Timur Tengah yang akan menerima warga Palestina setelah mereka berbicara dengan saya.”
Trump mengklaim bahwa “warga Palestina tidak akan mau kembali ke Gaza jika kita memberi mereka alternatif yang lebih baik.”
Presiden AS mengumumkan mengadakan diskusi dengan timpalannya dari Mesir Abdel Fattah El-Sisi dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, tanpa menentukan tanggalnya. [ ]