OPINI

Hancur dan Bangkitnya Peradaban Menurut Arnold Toynbee

Sepanjang sejarah interaksi antar peradaban, bahkan di masa konflik sekali pun, telah terjadi tukar-menukar khazanah peradaban. Sikap latah artinya kecenderungan menjiplak aspek-aspek peradaban lain yang dianggap mampu memperbaiki kondisi bangsa tanpa mengkajinya secara kritis.

Misalnya, kelatahan Kemal Attaturk dalam menjiplak segala sesuatu dari Barat, karena dianggapnya mampu memajukan bangsa Turki, seperti mengganti literasi Arab ke Latin, melarang jilbab, torbus, memaksakan sekularisme, mewajibkan azan dan shalat dalam bahasa Turki, dan sebagainya. Dengan mengubah literasi Arab, bangsa Turki terputus dari akar sejarahnya yang dalam dari Ottoman yang mewariskan jutaan manuskrip dan literatur. Attaturk terpengaruh antara lain oleh pendapat seorang tokoh Young Turk Movement, Abdullah Cevdet, yang menyatakan: “There is only one civilization, and that is European civilization. Therefore, we must borrow western civilizaton with both its rose and its thorn.” (M. Sukru Hanioglu, The Young Turks In Position, Oxford University Press, 1995).

Sikap apriori dan dalam beberapa hal mungkin ada unsur ‘Islamofobia’ akan berakibat pada terputusnya generasi berikutnya dari khazanah intelektual bangsa, sehingga memunculkan keengganan banyak kalangan untuk menengok kembali khazanah sejarah Islam. Padahal, fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam adalah faktor penting dalam sejarah perkembangan peradaban Melayu, dan juga peradaban dunia. Berbagai bangsa telah merasakan bagaimana kuatnya pengaruh Islam dalam mengangkat martabat suatu bangsa di pentas dunia.

Sekalipun banyak prestasi Islam dalam peradaban telah dilampaui oleh Barat, tetapi ada prestasi yang belum bisa dilampaui oleh Barat, yaitu keberhasilan Islam dalam melahirkan manusia-manusia yang luar biasa di pentas sejarah. Dalam dunia politik, Islam telah melahirkan banyak pemimpin yang sangat besar kekuasaan politiknya, tetapi sekaligus orang-orang yang sangat tinggi ilmunya dan sangat sederhana hidupnya.

Perdebatan dan pergumulan intelektual yang telah dilakukan oleh para cendekiawan Indonesia selama ini menunjukkan, bahwa Indonesia memang masih gamang dalam menentukan strategi peradabannya. Padahal, sebagai negeri muslim terbesar di dunia, Indonesia punya potensi besar untuk bangkit peradabannya, dengan menggunakan ajaran dan nilai-nilai akhlak Islam.

Kebijakan untuk melemahkan Islam dan menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah pengulangan kebijakan kolonial yang memiliki ketakutan membabi buta terhadap Islam. Kebijakan ini pada ujungnya akan melemahkan potensi bangsa yang sangat besar. Hanya saja, umat Islam pun harus bisa menjadi contoh dan menunjukkan bukti, bahwa ajaran-ajaran Islam adalah rahmat bagi semuanya. Wallahu A’lam bish-shawab.

Depok, 10 Agustus 2021

Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button