Hanya Al-Qur’an yang Bisa Membentuk Manusia Mulia

Lihatlah sistem kapitalis dan sosialis yang merusak dunia saat ini. Sistem kapitalis merusak karena mengandalkan modal besar dalam sistem ekonomi. Modal yang besar ini akhirnya mematikan ekonomi menengah dan kecil. Gurita Alfamart dan Indomaret bisa menjadi contoh bagaimana sistem kapitalis merusak ekonomi di tanah air.
Sistem sosialis yang bertumpu pada aqidah komunisme juga merusak manusia. Manusia menjadi sombong, karena tidak percaya pada Tuhan dan akhirat. Mereka hanya percaya pada kemampuan otaknya dan hanya menyakini hidup adalah di dunia ini, tidak ada kehidupan setelah kehidupan dunia (akhirat).
Mereka memang bisa mencipta jembatan, gedung-gedung yang megah dan lain-lain, tetapi mereka gagal membentuk manusia yang shalih (baik). Mereka hanya bisa membentuk manusia yang tamak harta dan kekuasaan. Mereka gagal mengerem kejahatan yang ada di masyarakat. Ini tidak lain karena mereka tidak punya pedoman (Al-Qur’an) dalam membentuk manusia mulia.
Al-Qur’an diturunkan Allah ke bumi untuk membentuk manusia yang bertaqwa (mulia). Manusia yang shalih, manusia yang beriman dan beramal saleh.
Ciri-ciri orang bertakwa menurut Al-Qur’an, antara lain:
- Beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat dan suka berinfak:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
Orang yang bertakwa mempunyai keimanan yang kokoh, percaya kepada yang ghaib, antara lain: iman kepada Allah, malaikat, kitab sebelum Al-Qur’an dan takdir. Mata manusia yang lemah, menyebabkan manusia tidak bisa melihat yang ghaib. Bukan hanya pada yang ghaib, mata manusia bila tidak ada Cahaya juga tidak bisa berfungsi.
Orang yang bertakwa, suka melaksanakan shalat. Baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Shalat bagi orang yang bertakwa adalah kenikmatan yang sulit dibandingkan dengan kenikmatan dunia lainnya.
Selain itu, orang bertakwa juga suka berzakat atau bersedekah. Orang yang bertakwa jauh dari sifat pelit. Ia mempunyai empati yang tinggi terhadap kaum miskin, terutama di sekitarnya. Ia suka bersedekah sebagaimana Rasulullah Saw memberikan teladan.
- Menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain
Orang yang bertakwa tidak mudah marah. Mereka bisa mengendalikan diri. Selain itu orang yang bertakwa mudah memaafkan kesalahan orang lain, bila orang itu memohon maaf pada dirinya.
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran 134)
- Istighfar dan segera bertaubat ketika melakukan kesalahan
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran 135)
Orang yang bertakwa bukanlah orang yang sempurna tidak pernah berbuat dosa. Mungkin ia pernah berbuat dosa (dosa kecil) dan bila berbuat dosa ia segera memohon ampun kepada Allah atau beristighfar.