Harapan untuk Walikota Depok yang Baru

Kota Depok kini memiliki walikota dan wakil walikota yang baru. Yaitu Supian Suri dan Chandra Rahmansyah. Pergantian kepemimpinan ini tentu banyak disambut gembira warganya. Penduduk Depok yang jumlah 2,3 juta mengharapkan pasangan walikota yang baru ini bisa mewujudkan Depok yang relijius, maju, adil dan makmur.
Apa saja permasalahan kota Depok yang harus diselesaikan walikota yang baru? Berikut diantaranya:
Satu: Depok belum mempunyai ‘brand’ yang kuat. Sebagai kota yang sedang berkembang, harusya Depok mempunyai brand yang membuat masyarakat Indonesia tertarik.
Yogyakarta misalnya terkenal dengan kota seni dan kota pelajarnya. Surabaya terkenal dengan kota industrinya dan lain-lain.
Salah satu yang pernah saya usulkan pada dialog dengan calon walikota Depok, adalah Depok menjadi kota literasi. Dengan keberadaan Universitas Indonesia sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia, harusnya pemda Depok bisa menciptakan hal ini. Misalnya dengan menjadi pusat perbukuan nasional, memperbanyak perpustakaan dan lain-lain. Depok misalnya juga dapat memelopori perbanyakan tulisan-tulisan hikmah (menarik) di tempat-tempat publik, seperti di terminal, alun-alun, taman-taman, situ dan lain-lain.
Dua: Depok belum mempunyai tempat pariwisata yang menarik. Banyaknya danau atau situ yang ada di Depok sebenarnya bisa dikemas untuk menjadi tempat pariwisata yang menarik. Jalanan Kali Ciliwung bila ditata, juga bisa menjadi tempat rekreasi.
Tiga: Walikota harus menyelesaikan pembangunan masjid agung di jalan Margonda (bekas SDN 01 Pondok China). Seperti diketahui pembangunan masjid saat itu mendapat protes dari Partai Solidaritas Indonesia dan beberapa wali murid dengan berbagai alasan. Wakil PSI kemudian mengajukan sengketa itu ke PTUN Bandung dan kemudian keputusannya dimenangkan Wali kota Depok saat itu.
Jadi kini sudah tidak ada halangan lagi untuk membangun masjid agung di jalan Margonda yang sudah lama didambakan umat Islam itu. Selama ini umat Islam mengharap ada masjid yang cukup luas di jalan strategis Margonda, agar Masyarakat Islam dapat beribadah atau beristirahat di situ untuk melepas lelah. Jumlah persentase umat Islam di kota Depok adalah 93%.
Empat: Meskipun jumlah kemiskinan kecil di kota Depok (2,58%), terendah se Jawa Barat, tapi kemiskinan tentu harus ditanggulangi. Pemda Depok dalam hal ini bisa bekerjasama dengan perguruan tinggi UI, Gunadarma atau lembaga Baznas, atau institusi-institusi lainnya agar kemiskinan bisa mendekati nol. Begitu juga dengan masalah pengangguran di kota Depok.
Lima: Kemacetan di Jalan Raya Margonda dan Jalan Raya Sawangan. Ini tidak terlepas dari banyaknya angkot yang ngetem di kedua ruas jalan ini. Angkot sebenarnya merupakan kendaraan yang sudah kadaluwarsa. Masyarakat kini lebih banyak menggunakan ojek online daripada angkot. Maka, pengurangan angkutan kota bisa dipertimbangkan.
Enam: Pemberantasan pelacuran, perjudian dan minuman keras di Kota Depok harus terus dilanjutkan. Kemaksiyatan yang merusak moral masyarakat ini tidak boleh ada di Kota Depok yang merupakan kota santri dan pelajar. []
Nuim Hidayat, Warga Kota Depok.