OASE

Hidup Bersinergi seperti Mata, Tangan, dan Kaki

Menahan diri saat terganggu adalah bentuk kematangan jiwa dalam merespons perbedaan dan kesalahan orang lain. Sayangnya, di dunia nyata, banyak hubungan yang retak bukan karena masalah besar, tetapi karena ego yang tidak terkendali. Kita seringkali lebih sibuk membuktikan bahwa kita benar, daripada mencari jalan tengah. Dalam kondisi seperti ini, pengendalian diri menjadi kunci. Bukan berarti menahan emosi sepenuhnya, tetapi belajar menyalurkan dengan cara yang lebih bijak.

Penting untuk diingat bahwa manusia bukan makhluk yang sempurna. Setiap dari kita punya kelemahan, kekurangan, bahkan sisi gelap. Oleh karena itu, daripada mencari kesalahan orang lain, akan lebih baik jika kita fokus memperbaiki cara kita menyikapi mereka. Dunia tidak selalu berubah, tetapi sikap kita terhadap dunia bisa berubah. Di sanalah letak kekuatan kita sebagai makhluk berpikir.

Hidup bersinergi bukan berarti selalu sepakat atau sejalan. Kadang kita tetap berbeda pendapat, berbeda pilihan, bahkan berbeda nilai. Namun perbedaan tersebut tidak harus menghalangi kita untuk tetap menghormati dan bekerjasama. Kita bisa sepakat untuk tidak sepakat, tanpa saling membenci. Karena tujuan akhirnya adalah hidup yang lebih damai dan bermakna.

Sinergi dalam kehidupan sosial akan tumbuh seiring meningkatnya empati. Empati bukan hanya soal memahami perasaan orang lain, tetapi juga menahan diri untuk tidak langsung menghakimi. Membayangkan diri kita di posisi orang lain akan membuka banyak sudut pandang baru. Dan dari sana, lahirlah pengertian yang lebih dalam, yang menjadi fondasi kerjasama.

Kita tidak bisa menghindari orang yang menyebalkan dalam hidup ini. Namun kita bisa memilih apakah ingin terus-menerus terganggu oleh mereka, atau menjadikan mereka sebagai latihan kesabaran. Dalam filsafat Stoik, penderitaan batin seringkali bukan karena kejadian, tetapi karena penilaian kita atas kejadian itu. Mengubah sudut pandang bisa mengubah segalanya.

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kita tidak bisa menuntut sinergi dari orang lain jika kita sendiri tidak menumbuhkan kasih sayang dan pemahaman terlebih dahulu. Sinergi lahir dari hati yang bersih, bukan dari keinginan menang sendiri.

Sinergi adalah seni menjaga keseimbangan antara perbedaan dan tujuan bersama. Ia tidak lahir dari paksaan, tetapi dari kesadaran. Kesadaran bahwa kita tidak hidup sendiri, dan bahwa kita bisa lebih kuat jika bersama. Sebagaimana tubuh tidak bisa berjalan tanpa kaki, bekerja tanpa tangan, dan melihat tanpa mata, kita pun tidak bisa hidup bermakna tanpa kerjasama.

Maka, daripada saling membelakangi, mari belajar untuk saling melengkapi. Daripada mempersoalkan perbedaan, mari kita syukuri peran masing-masing. Sebab hidup ini akan jauh lebih ringan dan bernilai jika dijalani dalam semangat sinergi, seperti mata, tangan, dan kaki. Dan inilah jalan kebijaksanaan yang diajarkan oleh akal, agama, dan hati nurani.[]

Husnul Khotimah, Staf di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button