Hikmah Peristiwa Isra Mi’raj Menurut Tafsir Marāh Labīd
Keempat, hikmah terakhir ialah untuk mengumpulkan antara dua kiblat. Lebih lanjut, kalimat “Alazī Baraknā Ḥaulahu Luniriyahu min Ayātinā”, menurut Imam Nawawi Al-Bantani ialah untuk memperlihatkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagian tanda kekuasaan Allah. Di antaranya ialah dengan memperjalankan perjalanan yang harusnya ditempuh dalam waktu sebulan dengan hanya satu malam saja.
Kekuasaan Allah yang dapat memperjalankan Nabi Muhammad Saw dengan kecepatan tinggi tersebut sekaligus menjadi penetapan bahwa peristiwa Mi’raj (naiknya Nabi ke Sidratul Muntaha) merupakan sesuatu yang bisa terjadi. Hal yang sama dengan peristiwa-peristiwa mukjizat yang terjadi pada zaman terdahulu seperti berubahnya tongkat Nabi Musa menjadi ular, keluarnya unta besar dari batu besar pada masa Nabi Shaleh as. Itu semua merupakan bukti kenabian yang harus diimani.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disarikan bahwa Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa yang sangat agung dan penting bagi umat Islam. Kisah ini juga diabadikan secara jelas di dalam Al-Qur’an tepatnya pada QS. Al-Isra [17]: 1. Tentu sebagai umat Islam peristiwa ini harus diyakini, sebab peristiwa ini adalah perjalanan baginda Nabi Muhammad Saw yang diberi hadiah berupa salat lima waktu. []
Khaerul Umam, Mahasiswa Magister Ilmu Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.