HNW: Setop Museum Holocoust di Minahasa karena Buka Jalan Normalisasi dengan Israel
Wakil Ketua Majelis Syura PKS ini justru menyampaikan bahwa pembukaan pameran foto dan Museum Holocaust di Tondano cenderung lebih banyak menyimpan potensi negatif, dan memaksakan kehadirannya di Indonesia juga jadi seperti pamer intoleran dan manipulasi sejarah kontemporer Israel sebagai negara penjarah dan penjajah dan pelaku teror dan kejahatan kemanusiaan terhadap Palestina, mirip dengan yang sebelumnya dilakukan oleh sebagian Nazi Jerman terhadap sebagian bangsa Yahudi sebagaimana yang terjadi dalam holocaust itu.
Dan keberadaan museum Holocaust di Indonesia juga mengalihkan issu dan fakta dari Israel dan Zionismenya hari-hari ini yang mempraktikkan apartheid terhadap Palestina, sebagaimana dinyatakan oleh berbagai LSM internasional seperti Human Rights Watch, bahkan ditegaskan oleh LSM B’tselem di Israel, padahal apartheid sudah disepakati oleh hukum internasional sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana termaktub dalam Statuta Roma.
Menurutnya, pembukaan museum Holocaust ini justru berpotensi menjadi “whitewashing” terhadap praktik apartheid, teror, intoleran, rasisme maupun kejahatan kemanusiaan lainnya yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina, di mana sejak periode Intifada Pertama saja sudah 12 ribu orang Palestina yang dibantai Israel.
“Belum lagi jutaan warga Palestina yang menjadi diaspora, juga hingga hari ini terdapat dua juta penduduk Palestina yang diblokade di Gaza dan para tawanan Palestina yang dipenjara dengan perlakuan yang ilegal serta sangat tidak berperikemanusiaan, itu semua merupakan fakta tragedi kemanusiaan yang kontekstual dan relevan untuk dibela dan diperjuangkan di Indonesia dengan antara lain mendirikan museum kejahatan penjajahan Israel atas Palestina, bukan justru memberikan legalitas terhadap Israel dengan dalih holocaust dan membuatkan museum, karena sangat nyata, dan sudah menjadi rahasia umum, zionis Israel justru melakukan penjarahan, pembantaian dan penjajahan atas Palestina,” ungkap HNW.
Oleh karenanya, HNW mendesak agar panitya pameran foto dan museum Holocaust di Tondano tersebut toleran kepada Bangsa dan Negara Indonesia yang menolak penjajahan Israel atas Palestina, dan karenanya agar segera menutup dan tidak perlu melanjutkan museum holocaust itu.
”Kita menyesalkan terjadinya kejahatan Holocaust pada masa lampau, baik terhadap bangsa Yahudi di Jerman, maupun Umat Islam di BosniaHeezegovina, tetapi kita juga mengutuk segala bentuk kejahatan kemanusiaan kontemporer lainnya, termasuk kejahatan kemanusiaan Israel terhadap bangsa Palestina. Karena faktanya penjajahan Israel tidak dapat dilepaskan dari terjalinnya kerjasama gelap organisasi Zionis Jerman dengan rezim Nazi melalui Haavara Agreement dan kesepakatan lainnya sebelum Holocaust, dan hingga kini rakyat Palestina mengalami penderitaan berkepanjangan akibat kerjasama jahat, rasis dan intoleran tersebut,” jelas HNW.
Menurutnya, jika ingin mencegah terulangnya kekejaman dan kejahatan kemanusiaan seperti Holocaust, maka jangan berhenti pada sikap-sikap simbolis yang tidak relevan seperti membuat museum holicaust di Tondano. Tetapi mestinya dengan aksi nyata melawan setiap bentuk kejahatan kemanusiaan yang terjadi pada hari ini, termasuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina. Bukan malah memperbanyak bangunan museum yang manipulatif dan menjadi legitimasi berdirinya negara penjajah Israel.
Baca juga: MER-C Minta Pameran dan Museum Holocaust di Minahasa Ditutup
“Maka museum seperti ini lebih diperlukan di Israel agar mereka tidak melanjutkan “holocaust”nya Nazi terhadap bangsa Palestina, agar bisa hadirkan perdamaian, dengan menjauhi sifat dan sikap rasis dan intoleran untuk melanggengkan kolonialisme yang meneror bangsa Palestina. Karena sikap Indonesia terhadap penjajahan seperti penjajahan Israel, dan sikap Indonesia terhadap kemerdekaan seperti kemerdekaan Palestina sangatlah jelas dan tegas,” kata dia.
Bahkan, kata HNW, sebagaimana dinyatakan oleh Presiden Jokowi; Indonesia mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, dan kemerdekaan bangsa Palestina menjadi utang sejarah bagi Indonesia. Dan itu sudah menjadi sikap menyejarah dan mendarah daging Indonesia baik di tingkat Eksekutif sejak Presiden Soekarno, Legislatif, Ormas & Orpol Islam maupun umumnya Rakyat Indonesia, mendukung perjuangan dan kemerdekaan Palestina dan menolak penjajahan Israel atas Palestina, sebagaimana amanat alinea pertama Pembukaan UUD1945.
“Maka Indonesia tidak memerlukan museum holocaust yang justru melegitimasi penjajahan Israel atas Palestina. Museum itu juga makin tidak diperlukan Indonesia bila museum itu menjadi jurus halus manuver untuk memuluskan politik normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel, karena terbukti dengan normalisasi justru penjajahan Israel terhadap Palestina bukan berhenti, malah terus berkelanjutan” tutup HNW.
red: adhila