Ibu: Pencetak Generasi Mulia, Bukan Penopang Ekonomi Negara
Pemberdayaan ekonomi perempuan pun diaruskan. Tujuannya, mendorong kaum perempuan ikut serta memajukan perekonomian. Sesuai dengan program global. Kemenko PMK mengatakan kiprah perempuan di bidang ekonomi menjadi bagian dari pemberdayaan ekonomi perempuan. Prinsip pemberdayaan perempuan tersebut pada hakekatnya dilakukan secara gotong royong untuk meningkatkan partisipasi perempuan dan kapasitas kelompok perempuan dalam pembangunan di semua bidang.
Begitu pula dengan Menteri PP dan PA, target mereka adalah menjadikan Indonesia sebagai Planet 50:50 pada tahun 2030 dan menjadikan periode 2015-2030 menjadi era kemajuan pesat perempuan sebagai pemimpin dan pembawa kesejahteraan dan perdamaian dunia.
Bila kaum Ibu dijadikan penopang perekonomian keluarga dan negara, siapa korbannya? Tentu saja anak-anak. Pendidikan dan pengawasan Ibu terhadap anak menjadi berkurang. Fokusnya bukan lagi keluarga, tapi meraup materi sebanyak-banyaknya. Alasannya, demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pada akhirnya, peran Ibu sebagai pendidik utama terabaikan. Dan generasi akan kehilangan teladan. Pergaulan bebas akibat pengasuhan yang salah menjadi tak terelakkan.
Berbicara kebijakan tentunya tidak terlepas dari peran negara dalam mengatur dan mengurusi urusan rakyatnya. Sebab, negaralah yang seharusnya bertanggungjawab dalam menjamin kebutuhan rakyat.
Perbedaan pandangan antara Islam dan kapitalisme dalam hal ini memang sangat nyata. Mulai dari peran dan fungsi perempuan di tengah masyarakat hingga persoalan-persoalan yang menyangkut keluarga dan keberlangsungan generasi. Islam memberikan banyak aturan pada perempuan bukan karena ingin menindas perempuan. Sebab aturan yang sangat banyak dan rinci itu dibuat sesuai dengan fitrah manusia sebagai perempuan.
Islam memandang perempuan dengan tepat dan menempatkannya pada posisi mulia. Yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Posisi yang sangat strategis. Sebab masa depan generasi dan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh posisi ini. Maka proses pendidikan pada anak yang dilakukan oleh kaum ibu menjadi kunci utama tingginya peradaban sebuah bangsa.
Adapun kewajiban mencari nafkah dibebankan pada kaum laki-laki. Bukan untuk menunjukkan kekuatan laki-laki dan kelemahan perempuan. Tapi peran ini diberikan sesuai dengan kemampuan fisik dan tanggung jawab yang diberikan Allah swt pada laki-laki.