ICC Tolak Investigasi Penindasan China atas Muslim Uighur
Dalam beberapa tahun terakhir, pejabat China telah mendirikan kamp “pendidikan ulang” massal untuk Muslim Uighur, minoritas etnis dan agama yang penganiayaannya ingin dibenarkan oleh Beijing sebagai kontraterorisme.
Aktivis Uighur memandang ICC sebagai alternatif dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, di mana kursi China di Dewan Keamanan dan pengaruh politiknya dengan negara-negara otoriter memungkinkan Beijing memblokir sebagian besar inisiatif terhadap nasib Muslim Uighur.
“Ini tentu saja secara luas mencerminkan keterbatasan lembaga multilateral. Ini mencerminkan kemampuan terbatas komunitas internasional untuk melakukan sesuatu,” kata Adrian Zenz, peneliti senior dari Victims of Communism Memorial Foundation.
“Alasan (mendekati) ICC adalah impotensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mekanisme utama untuk melakukan hal seperti itu seharusnya adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan terutama Dewan Hak Asasi Manusia,” jelasnya.
Zenz, seorang penyelidik yang dihormati secara internasional atas penindasan China terhadap Uighur, adalah penulis laporan terbaru bahwa pejabat China telah memaksa setidaknya 570.000 orang untuk memetik kapas di Xinjiang.
Laporan tersebut menunjukkan cara akuntabilitas yang paling layak, katanya, karena kapas diambil dengan kerja paksa untuk diekspor ke negara-negara Barat dan perusahaan-perusahaan.
“Tekanan harus ada pada industri fesyen untuk melakukan sesuatu,” ucap Zenz.
“Sekarang, kita tidak perlu menunggu politisi yang lamban dan tidak mau pindah. Sekarang, ini bisa berada di tangan warga dan konsumen serta kelompok advokasi,” ujarnya.
sumber: sindonews.com