ICIJ, Lembaga di Balik Gegernya Pandora Papers
Nama Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dicurigai AS memiliki kekayaan rahasia, tidak muncul dalam file tersebut. Tetapi banyak rekan dekatnya, termasuk sahabatnya sejak kecil – mendiang Petr Kolbin – yang oleh para kritikus disebut sebagai “dompet” untuk kekayaan Putin sendiri, dan seorang wanita yang diduga pernah terlibat asmara dengan pemimpin Rusia itu.
Adalah International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) yang membocorkan file-file tersebut. Organisasi yang berbasis di Washington itu berbagi akses ke data yang bocor dengan mitra media terpilih termasuk Guardian, BBC, Le Monde dan Washington Post. Lebih dari 600 jurnalis telah menyaring file sebagai bagian dari penyelidikan global besar-besaran.
Lalu bagaimana ICIJ mendapatkan data-data tersebut?
Dikutip dari Sputnik, situs web ICIJ mengundang calon pelapor untuk membocorkan informasi kepada jurnalis mereka. Pandora Pappers mengklaim memiliki info dari orang dalam tentang 14 perusahaan yang beroperasi di 38 yurisdiksi, sedangkan Panama Papers tahun 2016 hanya didasarkan pada catatan firma hukum Panama yang sekarang sudah tidak berfungsi, Mossack Fonseca.
Namun, pada kenyataannya, banyak informasi tentang kepemilikan lepas pantai berada dalam domain publik. Di AS, Inggris, dan Australia, selama satu dekade terakhir telah diwajibkan untuk mendaftarkan aset luar negeri kepada otoritas pajak, dengan susah payah dari penuntutan. Ketiga negara tersebut membagikan informasi tersebut untuk membantu memerangi penghindaran pajak.
Tapi siapa yang membayar tim ICIJ yang terdiri dari 240 jurnalis untuk meneliti catatan aset lepas pantai?
Pendukung keuangan badan tersebut termasuk Adessium Foundation, Open Society Foundations (OSF), The Sigrid Rausing Trust, The Ford Foundation, Fritt Ord Foundation, dan Pulitzer Center on Crisis Reporting, bersama dengan maestro media Australia Graeme Wood.
OSF adalah kendaraan bagi miliarder anti-komunis kelahiran Hungaria George Soros untuk mendanai LSM di seluruh dunia yang dituduh membantu upaya perubahan rezim di sejumlah negara.
Adessium yang berbasis di Belanda mendanai Bellingcat, sebuah organisasi yang telah mengeluarkan pengarahan rutin yang menuduh pemerintah Suriah dan sekutunya melakukan kejahatan perang, sementara kekuatan asing termasuk AS dan Turki terus mendukung kelompok militan bersenjata.