Iduladha Berdarah di Gaza, 100 Warga Gugur dan 300 Terluka

Gaza (SI Online) – Iduladha yang seharusnya menjadi hari raya penuh kedamaian berubah menjadi mimpi buruk bagi warga Palestina di Jalur Gaza. Dalam dua hari pertama perayaan tersebut, lebih dari 100 orang tewas dan lebih dari 300 lainnya luka-luka akibat serangan militer Israel yang terus berlangsung.
Data itu disampaikan oleh Kementerian Kesehatan di Gaza pada Sabtu (7/6), yang mencatat bahwa seluruh korban merupakan warga sipil yang menjadi sasaran serangan udara dan artileri dalam 48 jam terakhir.
Pusat Distribusi Bantuan dan Kamp Pengungsi Jadi Sasaran
Pada hari pertama Iduladha, Jumat (6/6), sebanyak 33 warga Palestina gugur. Sebagian besar korban jatuh akibat pengeboman langsung terhadap pusat distribusi bantuan kemanusiaan dan tenda-tenda pengungsi yang penuh sesak.
Salah satu serangan paling mematikan terjadi di Kota Rafah, Gaza selatan. Menurut Kantor Media Pemerintah di Gaza, pasukan pendudukan Israel membombardir pusat distribusi bantuan, menewaskan delapan orang dan melukai 61 lainnya.
“Sejak pusat-pusat ini mulai beroperasi pada 27 Mei lalu, total korban telah mencapai 110 orang syahid, 583 orang luka-luka, dan sembilan orang lainnya masih hilang,” bunyi pernyataan resmi kantor media.
Serangan Terkoordinasi di Banyak Wilayah
Serangan udara juga menghantam berbagai wilayah lain di Jalur Gaza. Di lingkungan Al-Sabra, Kota Gaza, 15 orang tewas—termasuk enam anak-anak—setelah rumah keluarga dibombardir dengan dua rudal. Lebih dari 50 orang lainnya mengalami luka-luka.
Di dekat Kompleks Medis Nasser, wilayah barat Khan Yunis, serangan menyasar tenda-tenda pengungsi dan menyebabkan 12 korban jiwa serta lebih dari 40 korban luka.
Sementara itu, di Jabalia al-Balad, Gaza utara, 11 orang tewas akibat pemboman di sebuah tempat penampungan pengungsi. Tujuh korban lainnya dilaporkan meninggal dalam serangan lanjutan terhadap pusat distribusi bantuan di Rafah.
Krisis Kemanusiaan Semakin Parah
Kementerian Kesehatan Gaza menyampaikan keprihatinan mendalam atas terus meningkatnya jumlah korban sipil, khususnya mereka yang sedang mengantre bantuan makanan. Tercatat 10 orang tewas dalam dua hari terakhir saat berupaya memperoleh bantuan kemanusiaan, memperlihatkan pola serangan terhadap area-area distribusi.
Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza kini berada di titik kritis. Infrastruktur hampir runtuh, ratusan ribu warga kehilangan tempat tinggal, dan rumah sakit mengalami penurunan kapasitas secara signifikan akibat blokade dan kekurangan pasokan.
Hamas: Ini Bukan Perang, Ini Pemusnahan
Menanggapi eskalasi ini, Gerakan Hamas menyatakan bahwa intensifikasi pemboman yang menyasar rumah-rumah warga, tempat penampungan, dan fasilitas sipil adalah bagian dari strategi perang pemusnahan yang telah berlangsung lebih dari 20 bulan.
“Pembantaian ini merupakan eskalasi brutal terhadap warga sipil yang tak bersalah, dan mencerminkan kebijakan pendudukan fasis yang ingin menghapus kehidupan di Gaza,” kata pernyataan resmi Hamas.
sumber: infopalestina